Buku Sintong Panjaitan Memang “Shocking”

Mengapa sebagian besar pimpinan ABRI pada waktu itu berada di Malang ? Kalau mereka tahu akan terjadi kerusuhan yang begitu dahsyat tetapi memutuskan tetap pergi ke Malang, maka mereka membuat kesalahan. Tetapi kalau mereka tidak tahu akan terjadi kerusuhan, mereka lebih salah lagi. Mengapa mereka sampai tidak tahu ?

Oleh : Raja Huta

SIAP-SIAPLAH melihat Indonesia dari perspektif baru yang tak terbayangkan sebelumnya, terutama seputar momen-momen gelap sejarah bangsa ini pada bulan Mei 1998. Letjen (Purn) Sintong Panjaitan membeberkannya secara blak-blakan, runtut dan rinci, lewat bukunya yang kini sedang mengguncang panggung politik nasional. Lebih dari sekadar mengejutkan, buku itu benar-benar “shocking”.

Oleh karena itulah, tadi pagi aku merasa lebih beruntung dibanding orang yang menang lotre. Pasalnya, sudah dua hari ini aku mencarinya di sejumlah toko buku, dan mendapat jawaban seragam : habis atau stok kosong. Namun, tanpa disangka-sangka, seorang sahabat lama menghadiahkan buku tersebut.

“Perjalanan Seorang Prajurit PARA KOMANDO”, itulah judul buku tebal bersampul hijau setebal 520 halaman, yang ditulis oleh Hendro Subroto tersebut. Sebuah judul yang terlalu datar untuk buku memoar yang sarat dengan detil peristiwa bersejarah, yang selama satu dekade ini tersembunyi atau disembunyikan dari pengetahuan rakyat Indonesia.

Sejak halaman pertama, adrenalin pembaca sudah langsung dipacu tinggi, lewat penuturan seputar Peristiwa Mei 1998. Salah satu yang paling menarik, sekaligus menunjukkan betapa besarnya pengaruh dan integritas jenderal kelahiran Tarutung (Tapanuli Utara) itu—meski saat itu dia sudah menjadi orang sipil—adalah peristiwa mencekam ketika Prabowo Subianto mendatangi Presiden BJ Habibie di Istana . Saat itu Prabowo baru saja dipecat dari jabatan Pangkostrad.

Prabowo datang ke Istana dalam iring-iringan puluhan kendaraan, dan langsung naik lift ke lantai empat menuju ruangan Presiden Habibie. Dia membekali diri dengan senjata api laras pendek dan magasin. Itu menyalahi prosedur dan bisa membahayakan keselamatan Presiden.

Sintong, yang waktu itu menjabat sebagai Penasihat Presiden bidang Pertahanan Keamanan, langsung memerintahkan petugas pengamanan presiden untuk mencegat Prabowo. Sempat terjadi dialog singkat antara si petugas dengan Prabowo. Akhirnya, Prabowo menyerahkan semua senjatanya. Sintong pun merasa lega…

* * *

PELUNCURAN buku ini dilangsungkan pada Rabu malam 11 Maret lalu, di Balai Kartini Jakarta, dengan dihadiri oleh sejumlah tokoh nasional., antara lain mantan Presiden Abdurahman Wahid, Akbar Tandjung,  Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud Md, Sutiyoso, dan Rizal Ramli.

“Dalam buku ini saya mengungkapkan kebenaran di mana banyak peristiwa yang tidak sesuai dengan kenyataan sesungguhnya. Buku ini bukan untuk menghakimi, namun agar kesalahan di masa lalu tidak diulangi di masa depan,”ujar Sintong.

Yang menarik, menurutnya, dalam kehidupan ABRI, terutama pada periode 1980 – 1990-an banyak terjadi praktik KKN. Nepotisme yang menjurus pada penyalahgunaan yang diberikan secara khusus tanpa kontrol sehingga merusak tatanan, sistem, organisasi, personalia dan operasi dan kesatuan komando. “Hal ini yang mengakibatkan kegagalan pelaksanaan tugas dan berkurangnya kepercayaan rakyat,” sesal Sintong saat memberi kata sambutan.

Akan tetapi, kebenarannya seringkali dilupakan dan dimanipulasi untuk kepentingan pribadi atau kelompok. Ia mengatakan bahwa ada orang yang berani membuat pernyataan-pernyataan publik melalui buku atau media massa mengeni peristiwa yang tidak sesuai dengan kenyataan sesungguhnya. Padahal dirinya hadir secara fisik dan terlibat pada peristiwa tersebut. “Dan saya masih hidup,” tegas Sintong.

Sintong menampik anggapan bahwa peluncuran bukunya ini terkait dengan pelaksanaan Pemilu 2009 mendatang. “Tidak terkait dengan kepentingan politik. Karena saya tidak pernah tertarik maupun terlibat langsung dengan kegiatan politik praktis. Buku ini saya tulis agar kebenaran diungkapkan dan ditegakkan. Agar kesalahan yang terjadi di masa lalu tidak diulangi lagi di masa depan,” jelasnya.

* * *

Berikut ini adalah sepenggal kutipan dari buku “Perjalanan Seorang Prajurit PARA KOMANDO” :

Pada bulan Mei 1998 krisis semakin mencengkram Indonesia. Dibidang politik, gerakan anti Suharto melanda Jakarta dan sekitarnya…

Hari Kamis tanggal 14 Mei pukul 16.00, Penasihat Wakil Presiden Bidang Pertahanan Keamanan Letjen TNI (Purn) Sintong Panjaitan menghadap Wakil Presiden BJ Habibie untuk menyampaikan saran agar menenangkan masyarakat dan memberikan instruksi yang dianggap perlu lewat TVRI. Sedapat mungkin pernyataan itu sudah dapat diperoleh sebeum deadline Berita Nasional TVRI pada pukul 19.00 WIB. Pernyataan Wakil Presiden itu juga akan dimuat oleh media cetak untuk penerbitan keesokan harinya.

Akan tetapi, ternyata BJ Habibie tidak berani mengeluarkan pernyataan itu, karna ia tidak mau mendahului Presiden Soeharto. BJ Habibie mengatakan bahwa langkah semacam itu harus ada izin dari presiden. Sintong bertanya, mengapa harus ada izin dari presiden yang sedang ada di luar negeri?

Meskipun demikian, BJ Habibie memerintahkan kepada Sintong untuk mendapatkan konsep pernyataan langsung dari presiden. Akhirnya Sintong dapat menghubungi Menteri Sekretaris Negara Saadilah Mursyid yang mengikuti rombongan Presiden di Kairo. Namun dijelaskan bahwa Soeharto sedang istirahat. Sintong tetap meminta konsep pernyataan yang langsung berasal dari Soeharto. “Kalau perlu presiden dibangunkan, karena situasi negara sedang dalam keadaan gawat,”tegas Sintong. Akhirnya pernyatan Presiden berhasil diperoleh, kemudian dapat ditayangkan dalam Berita Nasional TVRI, pada hari Kamis pukul 19.00 WIB.

Dalam suasana tegang dan mencekam Ibu Kota di bulan Mei 1998 itu, BJ Habibie bolak-balik menghubungi Sintong untuk bertanya,”Di mana para perwira tinggi ABRI yang bertanggung jawab untuk menangani kerusuhan ? Saya mendapat laporan di sana-sini dibakar. Di sana-sini hancur. Saya bingung.”

Sebagai Penasihat Bidang Hankam, Sintong berusaha menghubungi para jenderal, tetapi kesulitan, karena hampir semua perwira tinggi teras ABRI sedang tidak berada di Jakarta. Catatan menyebutkan, bahwa pada tanggal 14 Mei 1998 Menteri Hankam/Panglima ABRI Jenderal TNI Wiranto tetap berangkat ke Malang Jawa Timur untuk bertindak sebagai inspektur upacara serah terima tanggung jawab PPRC (Pasukan Pemukul Reaksi Cepat) ABRI dari Divisi kepada Divisi II Kostrad.

Situasi ini menjadi tanda tanya besar bagi Sintong : Alangkah tidak masuk akal, sampai hari ini pun sangat tidak masuk akal. Mengapa sebagian besar pimpinan ABRI pada waktu itu berada di Malang ? Kalau mereka tahu akan terjadi kerusuhan yang begitu dahsyat tetapi memutuskan tetap pergi ke Malang, maka mereka membuat kesalahan. Tetapi kalau mereka tidak tahu akan terjadi kerusuhan, mereka lebih salah lagi. Mengapa mereka sampai tidak tahu ? Kerusuhan yang terjadi di Jakarta bukan hanya merupakan masalah Kodam Jaya, tetapi sudah menjadi masalah nasional.

Tag: , , , , , , , , ,

33 Tanggapan to “Buku Sintong Panjaitan Memang “Shocking””

  1. lovepassword Says:

    Memang aneh ya kelakuan para petinggi kita. Ngapain malah ke Malang saat Jakarta rusuh? Pesen bakso malang kali. Jan….jan

  2. ndaru Says:

    jadi makin susah belajar sejarah kurasapun

  3. AM Says:

    Menurut saya pak sintong bagus juga cerita sejarah yang sebenarnya dan saya fikir baik pak wiranto atau prabowo gak usah kebakaran jenggot umpama para bapak2 tadi memang bersalah kan belum ada sejarah di indonesia yang namanya pejabat atau mantan kalau salah di penjaranya seperti rakyat nyolong ayam.

  4. yantysa Says:

    wah bagus ya kak blog nya…

    jangan lupa kunjungi blog saya ya kak

    yantysa.wordpress.com

  5. pimpii Says:

    setuju. pak wiranto atau prabowo gak usah kebakaran jenggot. Sebab mereka kan gak punya jenggot….

    Saksikan pidato sang presiden pada acara dream indonesia di TV kesayangan anda. Hanya untuk mereka yang punya mimpi bagi negeri ini.

    check out at http://dream indonesia.wordpress.com
    leave your comment please

  6. omiyan Says:

    sungguh sangat menarik mas bukunya, kayake ntar sore saya mau nyari nih buku

  7. kellyamareta Says:

    kayanya seru neh

  8. PARMITU DI LAPO Says:

    SEMOGA ISI BUKU P’SINTONG DAPAT MENJADI INSPIRASI BUAT KITA, UNTUK MELIHAT SEJARAH SEBENARNYA, SEHINGGA SEJARAH TIDAK DI PUTAR BALIKAN. tq

  9. renggono Says:

    Kita pilih pemimpin yang berani berkata dan berbuat jujur pada wakyatnya

  10. demonzbabtizm Says:

    saya belum baca bukunya..cuma dapat rame-nya di bebarapa media massa. bagi saya buku ini dapat memantik kontroversi terutama ketika meluncur pada saat menjelang pemilu 2009. apalagi di sana diulas ttg mantan2 jendral [prabowo dan wiranto] yg sekarang sedng nyalon pada pilpres 2009. buku ini ttp hrs dimaknai secara politis..tdk langsung dianggap sebagai sebuah buku sejarah yg benar. knp begtu? scara politis buku ini bisa dimaknai sbg upaya penggembosan thd gerindra dan hanura yg dlm poling2 terakhir citranya mulai naik..terutama gerindra. seandainya buku sintong ini dpt menjadi buku sejarah..maka buku ini akan menjadi referensi bagi rakyat mengenai track record dari prabowo maupun wiranto yg selama ini tdk byk diketahui..kecuali ttg masalah HAM di Timor Leste.

    oleh sebab itu..akan sangat baik jika Sintong dipertemukan dengan Prabowo dan Wiranto dalam satu forum..dari situ sejarah akan terkuak. baru masyarakat bisa menilai ttg validasi fakta2 dlm buku tersebut. sekali lagi mement buku ini ttp harus dimaknai politis. sejauh ini sintong; [dlm baha saya] cenderung menahan diri. yah..kita tunggu saja kelanjutannya.

  11. wangmuba Says:

    Nice Blogs

  12. goeskotacad Says:

    ibu saya dulu tugas waktu pak Sintong di Kodam Udayana…kata ibu saya beliau orang yang baik hati dan sangat sopan pada wanita.Maju terus Pak Sintong..saya yakin Pak Sintong menulis buku ini demi kebaikan bangsa dan negara ini….

  13. Rudi Juan Carlos Sipahutar Says:

    Buku nya memang menguncangkan …tetapi itu hanya fenomena puncak kerucut gunung salju di tengah samudera. Tetapi ada apa di dasar lautan
    Secara tidak langsung buku ini telah melambungkan nama Letjend Sintong ke langit biru…Banyak Elit parpol tersentak kaget dan menatap beliau..

    Dalam hatii saya bertanya..
    Ada yang pengen tebar pesona jadi menteri ya ???
    husss.. jgn spekulatif deh..!!!

  14. M.Fathi Farahat Says:

    Yang bingung ntar adik2/anak2 qt disekolah..sejarah yang benar menurut siapa???Pfhuhh…

    **Wah..buku target nih..segera meluncuur..**

  15. xahara Says:

    saya belum pernah baca buku ini, sepertinya ini buku yang bagus untuk dibaca sebagai tambahan referensi mengenai sejarah bangsa Indonesia.
    bacalah dengan objektif, maka isinya akan tampak sebagai karya yang positif.
    namun apabila kita kaitkan dengan waktu peluncuran bukunya,
    dapat ditarik beberapa kesimpulan:
    1. pak sintong ingin menceritakan bagian sejarah Indonesia yg jadi bagian hidupnya (saya juga punya peran bagi sejarah Indonesia, begitulah kira2 teriakan pak sintong di dalam hati 🙂 )
    2. mengungkit masa lalu (negatif) beberapa aktor politik beken saat ini,
    3. saya setuju dgn RJC Sipahutar, buku ini adalah bagian dari tebar pesona ala pak sintong (hehe.. maaf oppung sintong! ^_^v )

  16. unduk Says:

    wah…,politik kita ternyata lebih rame dari pada yang biasa kita engar di tipi

  17. aro Says:

    saran aja, coba baca juga kedua buku berikut :
    – detik2 yg menentukan (habibie)
    – tragedi seorang loyalis (lb murdani)

    isi buku tersebut ttg sepak-terjang prabowo sama persis dan cocok!

  18. Iwan Says:

    Jendral pengganguran lagi usaha cari job…

  19. antok Says:

    bau-baunya politis
    kenapa tidak dari dulu diterbitkan

  20. iwanmalik Says:

    Kita hidup belajar dari sejarah tapi bila sejarah gak bener, mau jadi apa negeri ini. Wahai pemegang kebijakan!!! nulis sejarah yang bener dong, jadi kumpulkan pelaku-pelaku sejarah. Bikin rakyat bingung aja,…he…he… kok marah sih.
    http://iwanmalik.wordpress.com
    Info Pendidikan & Wirausaha

  21. utut Says:

    To Iwan: dari aman tau kalo pak Sintong pengangguran…. :p

  22. reallylife Says:

    sepertinya aku harus baca juga ni

  23. sirajaoloan Says:

    wadow, susah sekali emang bahas sejarah ini…
    *kadang infonya beda2… karna bukan kita yg nghalamin waktu doeloe

  24. fbi18 Says:

    bagai mana pendapat presiden Habibie dengan tulisan ini ya?

  25. aryo Says:

    sejarah akan membuktikan wajahnya saat waktunya tepat…

  26. Undang.S Says:

    Gak usah suuzon…gak perduli sintong itu siapa, kalo aku seneng2 aja sejarah Indonesia dikuak dengan benar..siapa lagi sih “sintong-sintong” lain akan muncul..jangan takut, kebenaran akan diakui sejarah. Bila perlu sejarah sebelum suharto, jadi anak cucu kita akan tahu sejarah indonesia yang benar.
    Perlu nih cari bukunya….

  27. saifuddin Says:

    Ayo Masyarakat Indonesia,buka matamu,lebarkan telingamu……….Hidup kebenaran…..mampuskan kemunafikan………..

  28. alisyah Says:

    aku udah beli, tapi masih belum sempat baca
    dari review2 di inet, buku ini sepertinya bisa nambah wawasan sejarah 🙂

  29. ditto Says:

    Blog yang menarik,Bang!

    Buat teman2 yang lain, saya mau ingetin aja soal sejarah.
    Sejarah tertulis itu ditentukan oleh penguasa bukan!?
    Makanya jangan heran kalau banyak buku biografi dari tokoh-tokoh bisa menjadi kontroversi, karena selalu ada hal yang tidak diungkap saat terjadi sesuatu yang dapat mengubah sejarah. Ya seperti yang diungkap lewat bukunya Sintong Panjaitan.
    Tentang adanya maksud lain dibalik peluncuran buku ini, bisa ada berbagai macam alasan dan wajar kalau menimbulkan kecurigaan.
    Maka usulan tentang mempertemukan nama-nama yang muncul di buku (merasa dirugikan) dengan sang penulis dan sumber tulisan akan menjadi sangat menarik untuk diikuti.
    Yang penting tetap Damai dan Majukan Bangsa!

  30. tri Says:

    menarik juga kayaknya ……

  31. Tayang Says:

    Kok bisa ya tiba2 muncul di ranah poiltik dengan pedenya.

  32. tanobato Says:

    Aku juga sudah membaca buku ini dan sudah meresensinya sedikit di blog-ku. Tentu saja dengan sudut pandang sedikit berbeda sesuai kapasitas yang aku miliki. Bolehlah dilihat pada http://tanobato.wordpress.com/2009/05/04/si-batak-calon-wakil-presiden-dan-para-jenderal/

    Horas!

  33. simahir Says:

    iya .. saya juga menyayangkan kenapa baru belakangan menjelang pilpres buku ini baru dirilis. Sehingga menimbulkan polemik politis.

Tinggalkan komentar