Kecaman Atas Kasus Protap Itu Tak Lagi “Fair”

Di Pahae, Tarutung, Balige, Porsea, Dolok Sanggul, Pakkat, Parapat, juga di Onanrunggu Samosir, antara pemeluk Kristen/Katolik dan Islam dan juga dengan Ugamo Malim, hidup rukun dan damai sejak dahulu. Bahkan ketika konflik Ambon dan Poso meledak, orang-orang di Tano Batak tak terpengaruh. Itu disebabkan karakter dasar manusia Batak yang sejak dasarnya toleran dan hubungan sosial sehari-hari terhadap siapa pun dirajut berdasarkan nilai-nilai dan norma-norma adat–termasuk pada etnis lain.

Oleh : Suhunan Situmorang

GARA-GARA Azis Angkat tewas akibat ulah ratusan demonstran penuntut Protap yang beringas itu, orang Batak (khususnya Toba), seperti sah ditelanjangi, dikecam, dimaki.

Bahkan, yang tak etisnya, para pengecam itu banyak dari kalangan non-Batak. Mereka seperti tak risih mengoreksi yang bukan etnisnya dan seakan memiliki kesempatan–yang sudah lama dipendam–untuk menghujat manusia Batak (Toba).Dan parahnya lagi, semua itu hanya berdasarkan pandangan, penilaian, yang muncul dari endapan stereotip dan hasil generalisasi yang sempit, kalau tak keliru.

Yang mati “hanya” seorang, kebetulan Ketua DPRD, dan visum dokter jelas-jelas mengatakan: ia tewas karena gagal jantung yang sudah pernah dioperasi lima tahun lalu. Tetapi karena ulah para demonstran itu, yang entah siapa mereka sesungguhnya, etnis Batak (Toba) menjadi bulan-bulanan–termasuk yang tak mau tahu perjuangan Protap.

Berbeda sekali ketika pertempuran antar-etnis Madura vs Dayak yang amat ganas dan barbar terjadi di Kalbar dan Kalteng, yang melibatkan ratusan ribu partisan. Pers, petinggi negara, pengamat sosial-politik, dan masyarakat di luar dua etnis yang bertikai itu, seperti kompak mereduksi dampak buruknya: tak membiarkan kejadian yang amat mengerikan itu melebar, tak mempertontonkan korban mati dengan kepala dipenggal hingga ribuan jiwa itu di media massa. Opini yang menguak ihwal asal-mula dan pemicu konflik tersebut diusahakan diredam; pendapat yang boleh diekspos adalah yang menyejukkan, yang mengutamakan persatuan dan keutuhan NKRI.

***

Orang-orang (termasuk etnis Batak Toba) tak seluruhnya tahu bahwa ide dan gagasan Protap sudah muncul sejak tahun 1952, yang mengemuka lagi tahun 2002. Juga tak paham bahwa gagasan Protap, awalnya mengajak semua puak Batak yang enam dengan agama yang berbeda-beda itu. Artinya, sejak dasarnya pun sudah jelas dipaparkan bahwa ide Protap tak mengedepankan hegemoni sub-etnis dan agama tertentu. Masalah yang kemudian mengakibatkan pecahnya “kongsi” adalah: ketidakcocokan memilih ibukota Protap. Tapsel, Mandailing-Natal, Batubara,Tapteng, Nias, Dairi, Pakpak Barat, tak setuju bila ibukota Protap di Siborongborong.

Kemudian, menyusup berbagai kepentingan dari segelintir orang. Dua soal inilah yang kemudian dicelupi aneka isu, yang tak etis, kotor, picik, dan oleh sebagian pejabat pemprov serta anggota DPRD Sumut yang sejak dasarnya sudah cemas membayangkan akibat Protap bagi kekuasaan mereka, lantas terus-menerus dijadikan bahan dagangan dan konsumsi politik.

Masyarakat Sumut kian masuk ke opini dan bahaya yang mengancam yang disebarkan orang-orang yang ketakutan bila Protap terbentuk: Batak Toba akan membuat wilayah Tano Batak dikuasai hanya orang Kristen. Sayangnya, masyarakat Sumut tak secara benar memahami bahwa sejumlah isu yang menyesatkan itu, yang sebetulnya sudah jadi mainan para politikus dan pemegang kekuasaan, amat perlu diembus-embuskan untuk kepentingan personal dan kelompok (termasuk parpol).

Yang tak menarik lagi, akhirnya, “dinasti” GM Panggabean–pemilik koran SIB yang sejak dulu sering menulis berita provokasi dan sebetulnya lebih layak disebut selebaran ketimbang koran, namun masih tetap laku–seolah menjadi tokoh sentral dalam upaya pembentukan Protap.

Chandra Panggabean, anak GM, memang disiapkan ayahnya jadi gubernur Protap. Ia pun gigih bergerilya melobi orang-orang kuat, tokoh masyarakat, parpol, seraya mengucurkan dana besar untuk menggolkan ambisi yang kian terang-benderang terlihat sejak dua tahun lalu. Lewat koran mereka, tuntutan pembentukan Protap terus digenjot sembari menghantami orang-orang (pejabat pemprov dan anggota DPRD) yang tak setuju. Masyarakat pun kian dipengaruhi opini-opini busuk yang bersliweran di sejumlah media massa Sumut, dicekoki benih kecurigaan, yang kemudian membangkitkan sentimen suku, fanatisme agama, dan ikatan teritorial. (Penentang Protap pun turut menggunakan media massa macam koran Waspada).

GM, Chandra, dan sejumlah orang yang berkepentingan (pribadi) kian tak sabar karena uang dan tenaga mereka sudah banyak dibuang. Mereka ingin Protap segera diwujudkan. Masalahnya, rekomendasi dari DPRD tak kunjung datang dan isunya, memang takkan pernah dikeluarkan. Mereka pun meradang: Demo DPRD, ciptakan opini bahwa Azis Angkat tak berkenan pada Protap, dan bikin kesan bahwa masyarakat Batak (Toba) sudah marah!

Mereka terus menggelar rapat, merekrut massa (termasuk mahasiswa dari kampus milik GM), mengatur strategi, dan…lagi-lagi harus mengucurkan uang. Tentu saja GM, Chandra, dan orang dekat mereka, amat penting mendesak terbentuknya Protap, apalagi aset GM di Siborongborong (calon ibukota Protap) terus bertambah–yang, katanya, disiapkan untuk pembangunan fasilitas perkantoran dan ruang bisnis. Sejumlah jabatan dan privilese diiming-iming.

Tapi, mereka tak antisipasif, over confidence, hingga meluputkan kemungkinan (terburuk) dari sebuah tindakan menggerakkan ribuan massa untuk berunjuk rasa. Dan terjadilah peristiwa yang mengundang kemarahan publik itu.

***

AKHIR Desember tahun lalu, saya sedang di wilayah Tano Batak dan tahu ada sebuah acara Natal yang cukup besar hajatan Chandra. Koran SIB membuat liputan besar-besaran. Sejumlah petinggi Sumut diundang, beberapa artis Batak dari Jakarta (termasuk abang saya bersama Trio Lasidos-nya) dihadirkan, dan ribuan orang berduyun-duyun ke Siborongborong–angkutan dan konsumsi, semuanya dibayari Chandra.

Saya tak tertarik hadir di sana kendati dikontak beberapa kawan yang berkepentingan atau cuma simpatisan. Saya? Siapakah saya? Meski hanya sebentar, setidaknya memang pernah ikut rapat dan menyiapkan pembentukan Protap (di Jakarta). Tapi, alasan saya mendukung dan tergerak (walau akhirnya tak aktif lagi) mendirikan Protap, semata-mata–seperti yang lain yang juga mendukung–karena kecintaan pada Bangso dan Tano Batak yang amat lambat perkembangannya. Potensi alam, budaya, dan Danau Toba yang amat luarbiasa indah itu, tak sabar lagi saya tunggu dipoles dan dioptimalkan untuk kesejahteraan masyarakat yang berdiam di sana–tanpa merusak eko-sistem dan mengotori adat-istiadat, tradisi, dan kearifan lokal manusia Batak yang saya kagumi.

Saya tak giat lagi di rapat-rapat karena kepentingan GM dan Chandra kian menonjol, sementara sudah lama saya kecewa pada mereka, khususnya karena arogansi dan kesewenang-wenangan mereka di berbagai bidang (baca: demi kepentingan) dengan memanfaatkan koran SIB. Kasus HKBP 19 tahun lalu yang hingga kini belum sembuh itu, misalnya, kian parah akibat keberpihakan koran SIB terhadap satu kelompok dan ikut memanas-manasi hati jemaat yang tengah bertikai. Tak usah mendamaikan, saat itu, menjalankan fungsi pers saja (pelapor berita yang netral) tak mau mereka lakukan.

Demikian halnya bila SIB menilai kinerja pejabat pemprov atau kala pemilihan bupati, gubernur, dsb. Bila tak dekat dengan GM atau anak-anaknya yang umumnya pengusaha (antara lain kontraktor), habislah dipreteli melalui penyebaran isu dan upaya pembunuhan karakter (tak pandang agama dan suku). Pokoknya, mereka telah membuat pers (SIB) menjadi sesuatu yang mengerikan, demi kepentingan mereka belaka.

Sebaliknya pun demikian: menyanjung seseorang yang tengah berkuasa padahal tak berbobot dan korup, hanya karena sedang mesra dengan mereka dan ada kepentingan. Yang saya puji dari koran ini hanya ini: meski milik orang Batak Toba beragama Kristen, SIB tetap memberi ruang yang berimbang untuk agama Islam, Budha, Konghucu, Hindu. Mereka, misalnya, rutin memuat khotbah Jumat, berita tentang Islam, atau acara halal-bihalal; tak seperti koran Waspada yang amat sektarian itu. Juga tak mau menghajar seseorang karena alasan agama dan suku–bisnis dan kepentinganlah dasarnya.

***

SAYANGNYA, di Sumut (khususnya di luar Tano Batak), orang lebih terpengaruh dan cenderung bersikap berdasarkan sentimen SARA. Di sekolah, kampus, kantor-kantor pemerintah, BUMN, swasta, bukan rahasia lagi: faktor agama amat jelas baunya. Memualkan, bahkan bisa menjijikkan. Padahal, di wilayah yang diancangkan sebagai Protap itu, kerukunan beragama sudah terjalin sejak dahulu kala, dan itu bukan basa-basi atau berkat anjuran pemerintah.

Di Pahae, Tarutung, Balige, Porsea, Dolok Sanggul, Pakkat, Parapat, juga di Onanrunggu Samosir, antara pemeluk Kristen/Katolik dan Islam dan juga dengan Ugamo Malim, hidup rukun dan damai sejak dahulu. Bahkan ketika konflik Ambon dan Poso meledak, orang-orang di Tano Batak tak terpengaruh. Itu disebabkan karakter dasar manusia Batak yang sejak dasarnya toleran dan hubungan sosial sehari-hari terhadap siapa pun dirajut berdasarkan nilai-nilai dan norma-norma adat–termasuk pada etnis lain.

Batak sejati, sesungguhnya lebih terikat pada adat-istiadat, hubungan marga, dan menonjolkan kearifan yang diwariskan leluhur Batak; bukan agama-kepercayaan, kepentingan bisnis, politik, ideologi; yang tak akan memukul genderang permusuhan hanya disebabkan perbedaan.

Terserah mau dituduh apa, saya memang tetap membanggakan Batak, di mana-mana, tetapi lebih karena karakter dasarnya yang terbuka, egaliter, tak hipokrit, humoris, dan senang melakukan otokritik itu–dan akan kecewa bila menemukan manusia Batak yang melenceng dari kebatakannya, juga bila gagal menjaga citra manusia Batak yang diajarkan para leluhur: bijak, terbuka, inklusif, loyal, rendah hati, tak korup (sioloi poda, adat, patik dohot uhum; dang mangasanghon gogo dohot haadongon).

Tentu pulalah banyak manusia Batak yang sering memperlihatkan perangai yang tak elok dan bahkan memalukan, tetapi sungguh piciklah bila dari situ lantas diambil sebuah kesimpulan: demikianlah sifat manusia Batak.

Karena itulah saya begitu tersinggung dan kecewa pada sejumlah pendapat miring yang disampaikan di media massa, milis, blog, FB, menyikapi kematian Azis Angkat yang amat disesalkan itu. Saya menilai, pendapat mereka lebih karena kecurigaan dan kebencian terhadap Batak (Toba), bukan lagi karena keprihatinan atas persoalan Protap yang sudah dilumuri sedemikian banyak kepentingan dan dibumbui begitu banyak sentimen hingga menimbulkan banyak korban.

Saya khawatir, akibatnya akan semakin buruk dan implikasinya kian menyulitkan orang-orang Batak yang sama sekali tak terlibat dalam unjuk rasa yang anarkis itu. Dan itu amat tak “fair.”***

Suhunan Situmorang : pengacara, sastrawan (pengarang novel Sordam), tinggal di Jakarta.

Sumber : http://www.facebook.com/note.php?note_id=55387047190&ref=mf

Tag: , , , , , , , , , , , , , , , , ,

23 Tanggapan to “Kecaman Atas Kasus Protap Itu Tak Lagi “Fair””

  1. dana Says:

    Masak sih lae jadi menyerang bangsa batak? Setahuku sampai sekarang masih dalam takaran menyayangkan demo yang anarkis.

  2. lovepassword Says:

    Sebenarnya gini ya: Ada dua point dalam kasus ini . Pertama : Masalah demonstrasi itu sendiri yang anarkis. Meskipun memang kematian ketua DPRD tersebut memang kelihatannya karena jantungan. Serta point kedua : Masalah apa yang dituntut dalam demontrasi itu sendiri.

    Apa yang dituntut dalam demo itu sendiri bisa jadi baik/buruk – tetapi karena demonya berekses maka dampak lanjutannya point yang lain dianggap menjadi ikut bermasalah. Semestinya dua point ini memang harus dilihat secara terpisah.

  3. Jhonny Sianturi Says:

    Horas Tulang Robert !

    Masalah pemekaran Protap sekarang telah didramatisir dan diputarbalikkan faktanya dari tujuan sebenarnya oleh beberapa media seperti waspada dan metro tv. Pada harian waspada pemberitaannya amat menyudutkan dan tendensius menyatakan bahwa semua orang batak toba adalah orang-orang barbar yang tidak punya peri kemanusiaan sama sekali.
    Sementara pada kolom opini koran tersebut banyak tulisan yang berbau provokasi pada orang batak toba. Bahkan salah seorang penulisnya yang merupakan salah satu ketua ormas islam di Sumut dengan nyata-nyata melecehkan ajaran agama tertentu .

    Sedangkan pada tayangan metro realitas dikatakan seakan-akan dan sekonyong-konyong bahwa semua orang batak toba yang ikut mendukung pembentukan Protap ikut bersalah atas kematian Azis Angkat. Hal ini bahkan membuat marah salah satu tokoh tapanuli yaitu: Jendral(pur) Luhut Panjaitan yang namanya disebut-sebut sebagai salah penyandang dana protap. Ketika TvOne mewawancarainya Luhut Panjaitan mengatakan tidak ada yang namanya Aktor Intelektual, dan oknum yang menghembuskan isu tersebut adalah Kampungan.

    Satu hal yang membuat saya tertawa geli dalam hati, ketika salah satu pewawancara TvOne mengatakan bahwa salah satu faktor yang membuat Protap gagal ditindaklanjuti adalah rendahnya SDM orang tapanuli yang mana informasi tersebut mereka dapatkan dari Depdagri.
    Saya amat heran dan sedikit longang, apa mereka tidak mengetahui Sojuangon Situmorang adalah Dirjen Otda dan adiknya Somuntul Situmorang adalah KaHumas Depdagri. Bahkan untuk membentuk satu negarapun saya rasa SDM orang batak lebih dari cukup.
    Dan masih banyak lagi orang batak yang memegang jabatan Eslon I dan II (setingkat Dirjen dan Direktur) diberbagai departemen,TNI dan Polri di Republik Indonesia yang sama-sama kita cintai ini.

    Sebagai penutup mari kita ambil hikmah dari peristiwa meninggalnya Ketua DPRD Sumut Drs Azis Angkat. Agar dikemudian hari dalam melanjutkan proses berdemokrasi kita semua lebih dewasa dan lebih mengutamakan forum-forum dialogis.

  4. agupenajateng Says:

    syukurlah, mas susuhunan memostingnya. kasus yang melibatkan aksi massa dan kerumunan sehingga menjadi berita paling heboh belakangan ini memang perlu ad penjelasan dan klarifikasi sehingga maksud dan tujuan pemekaran protap bisa dipahami secara benar.semoga kasus tersebut bisa menjadi pelajaran berharga buat para pejuang demokrasi dalam pengertian yang sesungguhnya.

  5. Raksasa Corporation Says:

    Menurut saya ada ketakutan yang berlebihan terhadap bataknese. Takut orang batak melebihi suku lain di Negeri Ini. Tetapi ini tantangan bagi orang batak. Ketakutan itu sendiri mencerminkan rendahnya tingkat buda mereka yang ketakutan.. Yah.. kita ambil hikmatnya saja. Klo dipikir pikir demo protap ibarat kutu dibanding gajah bila dibanding dengan aksi anarkis yg lain di negeri. Tapi semua masalah dikerucutkan.

  6. AgamKelana Says:

    Setahu saya sich banyak yang kesal dengan kejadian yang menimpa ketua DPRD Sumut…itulah drama panggung politik ..dimana kita kadang-kadang tidak bisa menebak apa yang terjadi dikemudian hari…drama politik penuh intrik…semoga tidak terulang lagi musibah yang menimpa saudara kita dari DPRD sumut…dan semoga arwah beliau sudah tenang disisi-MYA setiap musibah pasti ada hikmah tersembunyai dari yang kuasa yang kita tidak tahu apa yang tersirat dalam musibah tersebut

  7. gembira pusuk Says:

    selamat berjuang para pejuang PROTAP..
    tuhan Yesus memberkati

  8. p4thethe Says:

    hidup protap

  9. Epit Fisika Says:

    Reaksi tanggap cepat kampungan, Kapolri langsung tanggap cepat paska insiden kematian Ketua DPRD, Abdul Aziz Angkat. Mata orang banyak langsung melihat. Inilah kekuatan politik Golkar partai penguasa yang mencengkram Indonesia dari tahun 1971 hingga krisis ekonomi 1999. Namun era reformasi hanya menurunkan satu tingkat perolehan suara Golkar menjadi partai kedua setelah PDIP. Kemudian tahun 2004 menjadi pemenang kembali, kadernya pun jadi Wapres.

    Melihat gelagat politis atas desakan protap. Golkar harus menyelamatkan wibawanya. Untuk itu, bak memberantas PKI di masa lalu, Polisi pun didesak untuk menangkap protap hingga akar-akarnya. Tentulah agar gaung protap tidak sesanter awal 2009 kemarin sebelum Abdul Aziz Angkat meninggal atas pilihannya (Pasang badan demi kepentingan politik partai kuning) – jangan-jangan rekayasa.

    Lebih dari 32 tahun penguasa parlemen itu orang kuning (Golkar). Sudah berapa tahun Indonesia sejahtera??? Apakah hukum sudah menjamin keadilan?? Jadi apalagi protap…itu hanya jadi mimpi orang Batak bung!!

    Tumbangkan beringin kuat yang membelenggu bangsa ini. Barulah…bicara protap, maka akan sukses.

    Untuk politikus sekaliber Golkar, SARA itu hanya mainan. Jangan pernah berpikir mereka menganggap agama, etnis dan kepercayaan itu sakral. Karena mereka sanggup memenangkan kesalahannya dengan pembenaran. Isu protap berubah jadi SARA.., kata mereka BATIK…sudah Batak Kristen pula….!!!

    Jika mau berjalan Protap pilih partai lain asal bukan Golkar. Kalau ada Batak di Golkar pasti sudah hilang kecintaanya kepada bangsanya sendiri (Batak), tapi demi citra politik. Dia pasti bilang “Saya juga orang BATAK”

  10. imam semar Says:

    Pemekaran Provinsi manapun, atau pemekaran negara manapun tidak akan memperbaiki kemakmuran. Kemakmuran tidak ada kaitannya dengan pemekaran wilayah.

    Indonesia memisahkan diri dari Emperium Hindia-Belanda…., apakah tambah makmur?

    India memisahkan diri dari Imperium Inggris Raya, apakah tambah makmur?

    Aceh memisahkan diri dari Sumatera Utara, apakah tambah makmur?

    Jawa Tengah yang dulunya (seingat saya) hanya 6 keresidenan (DATI II) sekarang entah berapa kabupaten – DI Jogya saja sudah ada 6 kabupaten, apakah tambah makmur?

    Kalau pemekaran dan menaikkan status akan menciptakan kemakmuran, maka……, ayo rame-rame semua kelurahan dibikin, diubah statusnya menjadi provinsi….., ayooooo…..

    Heey lurah-lurah yang gila kekuasaan, mari rame-rame minta jadi gubernur!!!!

    Imam Semar PhD (Permanently Head Damage)

  11. Anak Toba Says:

    Tenang saja, bau busuk para elit politik yang kontra Protap itu nanti akan terungkap juga.
    Biarkan dulu mereka koar-koar, supaya kelihatan belangnya.

  12. Barisan Jihad Says:

    Waspadalah ikhwan-ikhwan fillah, Kalam Allah : “Walantardzo ankal yahudu walan nashoro hatta tattabia millatahum”
    Pembentukan Protap merupakan misi Kristen Internasional untuk membangun kekuatan Kristen di Indonesia. Peran surat kabar Indonesia Baru yang merupakan mulut orang-orang Nasrani dan Univ Sisingamangaraja merupakan pencetakan Kader Nasrani Militan. Waspada waspada waspada

  13. Farida Simanjuntak Says:

    Horas… Tragedi yang terjadi di gedung DPRDSU dan menewaskan ketua DPRD, adalaha sebagian dari simbol keserakagan dan keangkuhan sebagian pihak. Sebenarnya, usulan untuk pembentukan provinsi Tapanuli tidak salah tapi bagi sebagian orang dijadikan sebagai wadah untuk mencapai kepentingan tertentu… Sekarang berpulang sama kita, bagaimana menyikapinya secara bijaksana.

  14. Rusa Bawean Says:

    wahhh
    keren banget ya artikelnya
    🙂

  15. xahara Says:

    horas. pandangan tulang memang benar adanya.

    sangat disayangkan bila teman2 mahasiswa juga dilibatkan dengan cara tidak mantap (membayar dengan uang sekian rupiah).

    demo saat itu BUKANLAH untuk kebaikan bersama, pemberian uang bagi orang yang berpartisipasi saat itu adalah tindakan bodoh yang justru semakin menunjukkan apa esensi dari ide otonomi itu (bah!).

    tapi, setiap demonstrasi semacam ini memang sering digawangi oleh suatu pihak tertentu yang berkepentingan di dalamnya (sekarang trend ini menjadi rahasia umum di Indonesia.)

    saya turut berduka cita atas idealisme dan kepribadian orang2 Indonesia yang semakin gila.. (peace!!)

  16. Laston Says:

    Kalau sudah dipikirkan matang, dan menghubungkannya dengan segala aspek kehidupan masyarakat setempat, maka pemekaran adalah salah satu cara untuk mensehajterakan rakyat.

    Salam Kenal

  17. Maridup Hutauruk Says:

    Keyakinan Pak Imam Semar yang sudah benar2 rusak otaknya (PhD) bahwa pemekaran tidak ada kaitannya dengan kemakmuran tentu saja beda dengan keyakinan orang2 Batak bahwa pemekaran adalah salah satu kendaraan untuk menuju makmur. Lebih dari dua generasi setelah merdeka memang tak ada pembangunan yang signifikan desegala bidang disana. Para perantau yang mungkin anda lihat sukses, semuanya karena lolos dari neraka. Orang2 yang belum pernah tersentuh dengan habitat disana mungkin kurang memahami hal ini.

  18. Djandel Marbun Says:

    Perjuangan pembentukan PROTAP harus dilanjutkan hingga tuntas. Namanya perjuangan pasti banyak cerita yang muncul dari prosesnya termasuk kasus meninggalnya ketua DPRD SUMUT dan indikasi ada misi tersendiri dari kalangan tertentu. Memangnya kalau dia (Chandra) jadi Gubernur PROTAP, Tapanuli mau dia gadaikan ke Saudi Arabia atau diagunkan ke Bank? Tidak khan! Paling banter satu periode dia menjabat. Boleh boleh saja orang tidak setuju dan itu adalah hak masing masing. BARISAN JIHAD mengatakan bahwa pembentukan PROTAP adalah misi Kristen Internasional. Memang begitulah karakter dan jargon barisan tersebut. memang apa mau dikata. Untuk orang Batak Toba khususnya diperantauan yang sudah merasa “mampu” mohon untuk tidak menjadi penentang berdirinya PROTAP hanya karena masa lalu dan dendam pribadi. Renungkan dan tanya kata hati anda! Kaya miskin Tapanuli tidak ada “Concern” dengan anda. Selama ini pembangunan apa yang ada di Tapanuli? Jalan raya hotmix yang cuma cukup dilalui BEMO? Termasuk anda anda pejabat pejabat tinggi yang kebetulan dipakai negara ini. Kalau tidak setuju ya Diam Sajalah. Mari berpikir bahwa keberadaan PROTAP adalah jangka panjang eksistensi dari khususnya orang Tapanuli. Tekanan sosial terhadap minoritas yang sangat dahsyat di negara sudah melunturkan Identitas sebagian besar suku Bangsa Toba. Wajah kotak kotak dengan logat batak kental yang kentara sekali saja sudah berani mengaku orang bukan Batak apalagi yang sudah lahir di PANTURA dan sudah mencicipi masakan SUNDA. Saya tidak bicara orang Batak yang lahir di Amerika dan sudah pernah jilat Caviar. Anda anda tidak akan pernah diterima sebagai “KITA” yang sesungguhnya sepanjang anda masih terbedakan dengan mereka. Anda Robert..siapapun anda..apapun melatar-belakangi pemikiran anda, pembentukan PROTAP penjelasan sederhananya saja, bila PROTAP terbentuk, ongkos perjalananan saudara saudara anda ke Medan cukup digunakan ke Siborong borong saja. Hemat LIMA RIBU rupiah kawan..

    Mengenai SDM Tapanuli? Anda yang mengatakan SDM orang Tapanuli tidak mencukupi seharusnya anda yang harus belajar lebih tekun agar lebih punya wawasan.

  19. Peri Turnip Says:

    sebuah mimpi untuk memajukan kampung halaman, dan seharunya bukan suatu hal yang mustahil
    hanya saja, untuk membangun taput perlu banyak dukungan
    dan apakah kita mau membangun?

    “berpikirlah seperti orang batak
    “bertemanlah seperti orang jawa
    ……………….
    jika protap hanya ajang perpecahan
    kita bukan orang batak, karena seharunya kita berpikir seperti kalimat sebelumnya

    jika protap hanya kenraan politik….
    kita sebagai sosok berpikir, sepantas dan sepatut nya kita bijaksana dalam berpolitik
    jika parpol hanya melakukan kepentingan sendiri, gmn mau mambangun taput..

    tidak perlu menunggu kebangkitan taput kalo kepentingan masyarakat di bawah kepentingan pribadi
    kita hanya menungu akhir perjuaangan

    salam damai….
    “masalah taput tidak lah sederhana,,
    “kalo yang akan memegang kedudukan hanya berpikir menjadi pengusatanpa memikirkan jangka panjang…
    saya pesimis akan kemajuan taput…

  20. nathan andrew Says:

    Waspadalah ikhwan-ikhwan fillah, Kalam Allah : “Walantardzo ankal yahudu walan nashoro hatta tattabia millatahum”
    Pembentukan Protap merupakan misi Kristen Internasional untuk membangun kekuatan Kristen di Indonesia. Peran surat kabar Indonesia Baru yang merupakan mulut orang-orang Nasrani dan Univ Sisingamangaraja merupakan pencetakan Kader Nasrani Militan. Waspada waspada waspada

    to barisan jihad
    loe kalo ngomong jangan asl donk. tu mulut kalo ga bnisa dijaga mending jahitkan aza.

  21. LEONARDO SILITONGA Says:

    Kenapa IRIAN JAYA dalam tempo 8 bulan sudah jadi 3 propinsi, kenapa ????

    Pembentukan PROTAP bukan hanya untuk 1 agama (KRISTEN) akan tetapi untuk semua agama… kalau Nathan Andrew bilang begitu…maka anda sendiri adalah manusia yang tidak berazazkan pancasila …. tidak memikirkan kesusahan yang dialami oleh saudara-saudara kita yang ada di Mandailing Natal….yang ada di Kabupaten Karo … Yang ada Di Tapanuli… yang tidak semua beragama KRISTEN….Anda (Nathan Andrew) Harus Ingat Bahwa Negara ini terbentuk oleh PANCASILA….Pemegang Persatuan Terbaik di seluruh dunia…

    Jadi Anda (Nathan Andrew) Janganlah menghina sebelum mengetahui betul tentang Dasar Pendirian PROTAP…

    Kita Kasi contoh saja ya :
    1. Dari Zamannya Indonesia Merdeka….sudah Berapa Banyak Pembangunan Yang Ada Di Kawasan ProTap ???? (Jangan Di Jawab Kalau Anda (Nathan Andrew) belum pernah ke sana).
    2. Kemampuan Ekonimi Per-Kapita Dari Bakal ProTap sudah sangat mapan untuk membentuk Propinsi….Kenapa Dilama-lamakan….
    3. Rakyat Bakal ProTap….mempunyai Prinsip pembangunan ekonomi yang sangat baik untuk daerahnya…seperti Menyekolahkan Anak Sampai Ke Perguruan Tinggi.
    4. Jadi Anda (Nathan Andrew) jangan terlalu banyak menyangkutpautkan agama dengan Pendirian PROTAP…

    Ingat Wahai Saudaraku Sebangsa (Nathan Andrew) Kita Masih Di INDONESIA (Bangsa Yang Terbaik Dari Bangsa Lain Di Dunia ini)

    Terimakasih

  22. agust hutabarat Says:

    Kayaknya seru juga perbincangan kita..

    Kisruh DPRD Taput=Pembentukan Protap (bagi sebagian orang).
    Orang batak=barbar (bagi orang yang berpikiran pendek dan anti batak)
    Protap=Kristen (Bagi orang yang tidak pernah menghargai perbedaan).

    Saya sendiri melihat kecaman terhadap Protap memang sudah tidak fair lagi, orang-orang menggunakan alasan ini untuk memojokkan keberadaan Protap. Alasan yang muncul berbeda-beda, mulai dari perang kepentingan individu, golongan dan yang anehnya malah kepentingan agama. Apa mungkin ini menjadi kepribadian bangsa ini mencari alasan dengan menghubungkan sebab akibat yang diluar nalar. Bahkan saya pernah membaca artikel tentang penolakan protap milik orang batak juga yang memojokkan para pro pembentukan protap. Saya menghormati perbedaan dan menjunjung tinggi hak berpendapat, tapi ada baiknya kita berpendapat selayaknya. Jika menolak tolak dengan baik-baik, jika mendukung dukung dengan santun. Kita sendiri mempermalukan diri kita sendiri dengan argumen-argumen kosong tanpa data yang falid. Seharusnya pembelajaran bagi kita.
    Saya tidak pernah membenarkan kerusuhan di DPRD Sumut, tapi jangan pernah mengaitkannya dengan Protap, batak dan Kristen.

    Liberte, Egalite, Fraiternite

  23. henry simangunsong Says:

    Dari sekian banyak opini tentang pembentukan protap ada yang pro-kontra. saya hanya berharap banyak kepada BANGSO BATAK SELURUHNYA lihatlah dirimu…bercerminlah…siapakah anda??
    layakkah / pantaskah anda menyandang bangso batak dengan gelar/marga dibelakang nama saudara?????
    Sejak SUMPAH PEMUDA 1928, pemuda Batak sudah turut andil di negara kita ini dengan sebutan Young Batak.
    Jadi SDM orang Batak tidak diragukan di Negara ini.
    Kalau tidak tahu dasar pembentukan PROTAP ini, dan tidak pernah ke BONA PASOGIT, saya harap saudara tidak perlu komentar / opini.
    Cukuplah kirim Doa semoga orang BAtak yang tinggal di Bona Pasogit bisa bertahan untuk mempertahankan Jati Diri Bangso Batak, sebab kalau tidak….??? gelar / marga saudara juga tidak ada gunanya karena Tanah Leluhurmu Sudah tidak Jelas lagi.
    HORAS MA DIHITA SALUHUTNA.

Tinggalkan komentar