Sang Provokator
Ya, dengan bangga aku menyebut diriku provokator. Baiklah langsung kubuktikan disini, dengan pernyataan ini : aku sudah merasa lelah, bosan dan jenuh dengan segala yang kutemukan di blogsphere Indonesia. Dari hari ke hari semakin kuat kesan bahwa blogsphere Indonesia cuma jadi tempat berhahahihi, buang suntuk dan pelarian semu.
Memang ada satu dua blog yang isinya lumayan, artinya digarap dengan serius dan optimum. Ada pula satu dua bloger yang mampu mempertahankan sikap atau integritas. Namun sisanya, hampir 95 % seperti kusebutkan tadi : ikut latah menjadi iseng!
Aku memang tidak punya hak untuk mengatur dunia blog Indonesia harus begini atau begitu. Tapi aku punya hak untuk berharap menemukan sesuatu yang agak berarti dan bermanfaat disitu, serta berhak pula merasa kecewa dan menyatakannya secara terbuka.
Jujur kuakui, gejala “pembodoran” yang demikian deras di dunia blog kita sempat juga menjajah diriku, sehingga ikut-ikutan berhahahihi dan berwakaka ketika menjawab komen di blog aku yang satu lagi atau pada komentar-komentarku di puluhan blog.
Sekarang, dengan membuat blog ini, aku melepaskan diri dari arus deras “pembodoran” itu. Aku akan menulis serius, memberikan komentar dengan serius pula–termasuk mengkritik sepedas-pedasnya jika memang perlu; serta konsisten menjalankan misi tungggalku : menghasut dan menyulut perlawanan orang-orang yang merasa terjajah, supaya punya nyali untuk memberontak dan merebut kemerdekaannya sebagai manusia yang berakal budi, bermartabat tinggi dan berkehendak bebas.
Bagi yang merasa berkuasa di blogsphere Indonesia, apabila engkau atau kalian tidak suka dengan sikapku sebagai bloger, itu hakmu atau hak kalian. Aku hadir di dunia blog adalah karena adanya kemerdekaan disini dan ingin memanfaatkannya untuk memprovokasi khalayak untuk merebut dan menyatakan kemerdekaannya.
Aku pasti akan mengusik banyak pihak, terutama para penjajah dalam berbagai wujud dan substansi. Sudah barang tentu mereka akan bereaksi dan mungkin bakal berusaha memberangus blog ini, silakan saja. Itu harga yang terlalu murah dalam perjuangan merebut kemerdekaan
Salam kenal dari provokator : Robert Manurung
Merdeka!
8 Januari, 2008 pukul 2:54 pm
SALAM,
MERDEKA
sebuah kata yang mudah diucapkan
kadang terasa sulit dirasakan
selamat berjuang
kita gunakan kemerdekaan kita
untk menyulut perjuangan
pada yang ingin merdeka
MERDEKA
8 Januari, 2008 pukul 3:20 pm
@ hadi arr
Betul pak. Lebih pelik lagi karena masih banyak di sekeliling kita yang beranggapan merdeka itu tidak alamiah, tidak penting atau mengada-ada. Memang ada kondisi yang membuat orang tertentu seperti ditodong dengan pilihan sulit : merdeka atau bertahan hidup ?
Nah, orang-orang yang tidak menghargai kemerdekaan diri sendiri biasanya paling gampang melanggar kebebasan orang lain. Ini seperti hirarki penindasan berdasarkan tolok ukur kekuasaan tertentu. Yang ditindas pun menindas lagi, begitu seterusnya.
Aku mencoba menggarap masalah yang “mewah” ini dengan “tarif ekonomis” saja. Kita mulai dari contoh-contoh sederhana, umpamanya penjajahan pedestrian atau trotoar untuk pejalan kaki oleh pengendara sepeda motor. Ini kejadian sehari=hari di Jakarta.
Terima kasih
Merdeka!
11 Januari, 2008 pukul 12:54 pm
Salam kenal balik mas Robert. Terimakasih sudah visiting my blog.
Semoga kita semua bangsa Indonesia dijauhkan dan diselamatkan dari segala musibah, serta benar-benar menjadi orang yang ‘merdeka’ dalam arti merdeka yang sebenar-benarnya di semua sisi kehidupan.
Sukses selalu
RM :Terima kasih Mbak Heni. Harapanku juga begitu, semoga bangsa ini diselamatkan dari
kecenderungan merusak diri sendiri…
15 Januari, 2008 pukul 12:12 pm
welgedewelbeh
Selamat ngeblog kembali bung provokator (tentu saja dengan semangat baru dan misi baru) ….. Hanya saja, ini saran lho …. boleh dipake boleh juga tidak, provokasi keras (semacam yang saudara pakai di page ini) kadang kala tidak efektif merasuk hati, untuk kemudian membuka pikiran, dan untuk kemudian menghasilkan perlawanan kongkrit. Ini terutama ketika kita berhadapan dengan kebanyakan bangsa kita sendiri.
Mengenai blog-blog di blogosphere Indonesia yang menurut saudara cuman berisi “ha ha hi hi”, Saran mulut nih, jangan terlalu under estimate lah ….. angin besar di bolgosphere Indonesia (paling tidak di statum WP) telah menujukkan trend luar biasa, menjadi jauh lebih berkualitas. Menjadi Jauh lebih mencerahkan dan memberdayakan. Bukankah provokator juga harus optimis?, paradigma perlawanan boleh-boleh saja, tapi menularkan pesimisme No Way.
Boleh saja sih saudara memilih memprovokasi yang hendak saudara bela itu dengan cara anda atau cara apapun. Akan tetapi jangan sampai, tulisan-tulisan anda tidak bisa sampai kepada benak banyak pembaca hanya karena “bungkus yang terlalu menyeramkan bagi sebagian besar orang.
Salam Perjuangan …. Ayo bareng-2 majukan Bangsa Melalui Blogging !!
15 Januari, 2008 pukul 5:46 pm
Salam kenal bang RM… Insialnya sama dengan saya RM (Ram Muhammad) 8)
Saya juga membaca postingannya dengan serius…
15 Januari, 2008 pukul 6:06 pm
@ Ram-Ram Muhammad
Hahaha…kebetulan yang menyenangkan Bang, ternyata inisial kita sama. Terima kasih atas kunjungan Abang. Aku sendiri sudah sering berkunjung ke blog Abang, karena sangat kuhargai sikap Abang yang terbuka dalam memandang berbagai persoalan kemasyarakatan kita. Salam.
15 Januari, 2008 pukul 6:33 pm
Salam kenal Bang,
Saya adalah seseorang ingin merdeka buat diri sendiri dulu. Merdeka dari keinginan, merdeka dari ketergantungan dan merdeka dari nafsu. Sehingga kita bisa mengendalikan diri dan memaksakan kehendak sehingga kita bisa legowo dari segala hal.
Merdeka
15 Januari, 2008 pukul 6:55 pm
@ Teteh anagustini
Salam kenal juga Teh Ana.
Justru perjuangan untuk merdeka dari sendiri itu yang lebih berat. Mudah-mudahan perjuangan Teh Ana berhasil.
Sekalian aku mau bilang terima kasih, karena telah menginspirasi diriku untuk juga menengok ke dalam. Aku nggak mau seperti para pejuang yang sibuk memerdekakan orang lain, tapi ironisnya dirinya sendiri tetap terbelenggu oleh ego kekanak-kanakan atau nafsu.
Merdeka.
15 Januari, 2008 pukul 11:03 pm
Gejala pembodoran…menarik sekali. Kita hampir berpikiran mirip. Hanya saja saya lebih menilai hal tersebut secara general dan tidak melihat specific dalam konteks blogging. Actually saya pernah menulis ” Apa arti bodoh?”, di blogspot saya…saya jadi tersenyum membaca tulisan mas RObert..karena sedikit ada kemiripan pemikiran. Coba click tulisan saya tadi di http://maylaffayza.blogspot.com/2007/12/apa-arti-bodoh.html
16 Januari, 2008 pukul 12:02 am
@ Maylaffayza
Gara-gara kau ingatkan kita hampir berpikiran mirip, aku jadi mencurigai diriku sendiri : jangan-jangan aku terinspirasi oleh tulisan-tulisanmu, hehehe…
Coba kita lihat satu per satu. Di blogmu yang keren itu kau menulis artikel Liberate Your Self, disini aku menulis artikel Merdeka. Disana kau tulis tentang “Apa arti Bodoh”, disini aku menulis tentang pembodoran. Masih ada lagi, disana kau menulis “diplomasi atau menyembunyikan fakta”, disini aku tulis “Bahasa Dusta, Sensor dan Feodalisme”. Kok bisa ya?
Kurasa kita memang sama, maksudku sama-sama punya jiwa dan pikiran merdeka (nama blok ini Ayomerdeka, header blogmu Liberatti), dan sama-sama nggak bisa menerima kenyataan-kenyataan “ajaib” di sekitar kita.
Tapi ada satu perbedaan yang mutlak antara kita : ketika kau memainkan biolamu dengan gairah untuk memberi dan membagikan keindahan nada-nada yang berhasil kau petik dari ranah penjelajahan musikalmu, aku hanya bisa jadi seniman pasif yaitu menikmati keindahan karya-karyamu hehehe…
Aku merasa mendapat kehormatan yang luar biasa karena kau mau berkunjung ke blog yang sederhana dan baru berusia beberapa hari ini. Apalagi kau ijinkan pula aku ambil tulisan dari blogmu untuk kutampilkan di blog ini. Terima kasih Maylaffayza. Terima kasih.
16 Januari, 2008 pukul 4:25 am
Weh… Baru tahu kalau ternyata ada halaman perkenalannya juga. Numpang absen ya Mas…
Mas, kritik dong… Yang diulas jangan hanya dari sisi kesusastraan dan kebahasaan saja… La wong kita belum merdeka dalam semua hal kok… Tidak hanya bahasa saja kan?
—Hehehe… Ini belum apa-apa sudah banyak omong… 😛 —
Glodhag!!! *Dilempar Masnya pakai sepatu*
16 Januari, 2008 pukul 9:13 am
Oh ini halaman perkenalan….salam kenal juga bah….salam horas…
16 Januari, 2008 pukul 9:15 am
@ Arif Budiman
Kritikmu kuhargai dan kuterima dengan senang hati kawan. Pasti, aku pasti akan menulis topik-topik lain. Bahasa aku dahulukan karena ini merupakan pilar penting untuk mengembangkan pemikiran-pemikiran yang membebaskan.
Aku mengharapkan feed back dari siapa saja, termasuk sumbangan artikel yang relevan dengan misi blog ini.
Terima kasih Mas Arif yang Budiman.
Merdeka.
16 Januari, 2008 pukul 9:19 am
@ pormadi
salam kenal juga kawan. terima kasih sudah berkunjung.
Horas.
16 Januari, 2008 pukul 3:30 pm
mantab dah, sangat setipe dengan saya yang gak suka dengan blog yang isinya curhat2 haha hihi doank.
baca tulisana saya disini:
potensi dan manfaat blog
salam kenal ya, makasi udah di-link, nanti tak link balik deh…
16 Januari, 2008 pukul 3:36 pm
@ kamal87
terima kasih kawan. kaulah pemberi komentar pertama yang dengan tegas menyatakan tidak suka dengan blog yang isinya curhat-curhat haha hihi doank.
segera meluncur untuk membaca tulisan itu di blogmu.
Salam.
16 Januari, 2008 pukul 5:47 pm
wah…agak seram juga aku bertemu mahluk provokator ini. moga vitalitas blogsphere yang kau dambakan bisa terwujud. hehe. salam dariku….
16 Januari, 2008 pukul 5:51 pm
salam kenal provokator , tulisan-tulisannya bagus. mencerahkan
16 Januari, 2008 pukul 5:51 pm
@ sungai
Mauliate Lae.
Salam Merdeka!
16 Januari, 2008 pukul 5:55 pm
@ b a c h t i a r
salam kenal juga. terima kasih kalau tulisanku bermanfaat buatmu kawan.
PEACE
17 Januari, 2008 pukul 2:41 pm
Horaasss lae…!”
Bicara merdeka memang sulit diterjemahkan, iya lae. Dengan bicara di blog saja, belum tentu cukup bisa kita terjemahkan jadi orang yang sudah merdeka. Di blog banyak orang kecil seperti saya harus ke warnet, misalnya. Pastinya, kocek saya sudah terkuras, meski pun sudah komit untuk tidak berlama-lama di warnet (biar kocek tidak habis di warnet saja).
Tapi paling tidak, bung pasti sudah merdeka di blog ini.
Aku percaya dan meyakini dengan sepenuh hati, ketika lae merasa mapan finansial, keterikatan akan sesuatu hal pun pasti dirasakan. Entahlah… apakah ini bisa dianggap bagian dari kata Merdeka.
18 Januari, 2008 pukul 10:47 pm
@ Lae ru88ens pandjaitan
Segala macam kemapanan adalah “kematian” bagi jiwa-jiwa yang merdeka. Tapi dalam tataran implementasi, memang tidak bisa dihindarkan dan bahkan dibutuhkan tercapainya tingkat kematangan alias keseimbangan alias kemapanan. Itu sudah merupakan hukum alam : tumbuh-matang dan layu.
Menurutku, untuk melepaskan diri dari hukum alam itu, kita harus dinamis. Dengan kata lain, kita harus bergerak di dalam dan bersama perubahan. Inovasi terus-menerus. Prakteknya susah!
Apakah aku sudah mapan secara finansial? Belum. Aku masih mengalami kelangkaan sumber daya dari hari ke hari, dari tahun ke tahun. Tapi aku mensyukuri betul, dalam segala keterbatasan aku masih bisa mempertahankan semangat untuk tidak menyerah, untuk tidak membiarkan diri terkooptasi oleh kapitalisme dan pragmatisme. Tidak selalu berhasil, seringkali terpaksa kompromi, tapi pilihan taktis itu tidak boleh sampai mengorbankan prinsip. Sangat sukar dan tentu saja ukurannya subyektif betul.
Yang selalu kujadikan pegangan : uang adalah alat kebebasan!
Warnet ? Aku sangat akrab dengan itu Lae.
Salam.
22 Januari, 2008 pukul 9:58 am
Salam kenal untuk sang provokator,
Negara kita memang butuh provokasi supaya tidak semakin terlena dengan pemanjaan materi (dan neokapitalisme). Sayangnya provokasi yang diterima negeri ini adalah provokasi negatif sehingga tindakan yang diambil adalah suatu tindakan keterpaksaan. Ambil saja contoh provokasi kenaikan harga kedelai, lantas tindakan apa yang diambil pemerintah? Sebuah tindakan pemadam kebakaran yang tidak akan mengatasi masalah. Lihatlah provokasi alam dengan dahsyatnya bencana, dan apakah yang dilakukan kita “ditransmigrasikan saja orang2 yang ada di sepanjang Bengawan Solo itu? (apakah ini? otak pimpinan bangsa macam apa ini?).
Silakan kalau RM mendeklarasikan diri sebagai provokator di dunia ini, dunia blogger. Silakan saya dukung dan saya tunggu konsitensi Anda.
Salam Kenal.
22 Januari, 2008 pukul 10:13 am
eh salam kenal aja yak, jika anda melukis indon dari potret indon saya coba melukis indon dari potret bule, kalau boleh jujur si indon dan si bule adalah komponen sejarah bangsa ini baik dari posisi si penjajah maupun si terjajah juga dari sisi si penghasut maupun si korup atawa dari sisi intelektual maupun kambing congek tapi carut marut bangsa ini bukan hanya murni kedunguan si indon…
Salam Kenal…
22 Januari, 2008 pukul 10:50 am
Semangat blogging yang luar biasa. Bukan sekedar iseng – itu yang perlu dibangun. Zaman ini manusia Indonesia harus mulai menulis. Biar nanti semakin memintarkan teman-teman. Terima kasih kunjungan terdahulunya.
22 Januari, 2008 pukul 11:05 am
thanks udah mengunjungi blog saya.
blog Anda bagus.
ayo kita sharing blog kita, supaya di kemudian tidak menjadi kelompok yg latah akan fenomena blogger ini.
salam,
robby
blog : http://robbynovricanus.wordpress.com, http://ipomsbogor.wordpress.com
22 Januari, 2008 pukul 11:27 am
@ Frater Telo
Selamat datang di blog provokator ini Frater. Mengenai istilah provokator ini seorang kawan menganjurkan agar diganti dengan motivator atau inspirator saja. Katanya lebih berkesan positif.
Tak perlu kujelaskan, Frater tentu sudah bisa menangkap alasan tersirat kenapa istilah yang terkesan keras ini yang aku pilih.
Terima kasih atas dukungan Frater Telo dan mohon diingatkan selalu agar aku konsisten.
Salam Merdeka
22 Januari, 2008 pukul 12:11 pm
@ Ferry ZK
Salam kenal.
Aku pasti akan menyimak artikel-artikelmu kawan.
Salam Merdeka
22 Januari, 2008 pukul 12:19 pm
@ Cayadi
Terima kasih kawan.
Memang sayang betul– dan alangkah berdosanya kita, kalau masih asyik bercanda dalam keadaan negara dan bangsa kita yang begitu loyo dan keropos sekarang ini.
Mari kita saling dukung dan berbagi lewat interaksi di dunia blog ini. Mari kita selamatkan bangsa dan negeri ini, dimulai dari diri kita dan lingkungan terdekat kita masing-masing.
Salam Merdeka.
22 Januari, 2008 pukul 1:05 pm
hidup provokator!!
semoga menjadi blog yang dapat memprovokasi pembaca blog ini, dan menuju ke arah yang lebih “merdeka” tentunya
MERDEKA
22 Januari, 2008 pukul 1:26 pm
salam kenal balik RM 🙂
terima kasih sudah berkunjung ke Mind of Mine…
btw, boleh tukeran link?
thx a lot ^^
22 Januari, 2008 pukul 1:35 pm
@ robbynovricanus
Terima kasih atas tawarannya untuk tukaran link. Langsung aku laksanakan.
PEACE
22 Januari, 2008 pukul 1:43 pm
@ Kendi
Terima kasih Bung. Moga-moga begitu.
MERDEKA
22 Januari, 2008 pukul 1:46 pm
@ lidya
terima kasih untuk kunjungan balasannya.
selamat datang di blog yang tanpa basa-basi ini hehehe…
Tukaran link? Aku merasa tersanjung dan langsung kulakukan secara sepihak.
Cheer up!
PEACE
22 Januari, 2008 pukul 4:25 pm
<strong. M A R D E K A
🙂
22 Januari, 2008 pukul 4:28 pm
M A R D E K A
🙂
22 Januari, 2008 pukul 5:24 pm
salam kenal pak robert
eh, namanya sama dgn ahli fisika ITB
ada hubungan pak? 😀
22 Januari, 2008 pukul 5:47 pm
@ panabiduhut
selamat datang di blog ini, Lae
Wah, senang hatiku melihat Lae mulai membikin blog sendiri.
Tapi masih tahap bangun pondasi ya Lae, soalnya barusan aku bertandang kesana belum ada suguhan apa-apa hehehe…
Selamat ngeblog Lae
Selamat menikmati kemerdekaan berekspresi
22 Januari, 2008 pukul 5:50 pm
@ arya
salam kenal juga pak arya.
Memang, namaku sama dengan pakar di ITB itu. Pastilah ada hubungan kekerabatan dengan Robert Manurung van ITB itu hehehe, karena semua marga Manurung bersaudara dan bersatu.
Merdeka!
23 Januari, 2008 pukul 2:38 am
Salam kenal bung provokator …. blogosphere memang seharusnya merdeka. Baik bagi blogger yang suka pada keseriusan ataupun blogger yang sekedar melepas penat di sini. Kemerdekaan dalam memilih untuk membaca posting yang bagaimana yang disukai juga merupakan inti dari kemerdekaan itu sendiri bukan ?.
Bagaimanapun, Kami senang dengan semakin berkualitasnya posting-posting di yang ditebarkan di blogosphere Indonesia. Secara pribadi, membuat posting yang berkualitas tampaknya sudah menjadi kebutuhan masing-masing blogger. Secara (publik) pasar, para blog readers yang memiliki waktu dan dukungan dana yang tidak tak terbatas, akan memilih posting mana yang pas buat kebutuhannya. Pada akhirnya seleksi alamlah yang akan menentukan segalanya, menyeleksi blog-blog mana yang akan tetap eksis dan blog mana yang akan diringgalkan.
Kami harap inti provokasi anda adalah pada “encouraging Indonesian blog readers to read a beneficial postings” bukan pada larang-melarang blogger untuk menulis secara merdeka. Bukankah itu malah bertentangan dengan misi baru anda ?. Kembali lagi, seleksi alam yang positif itulah yang kita harapkan bukan ?. Sebuah transaksi ide dan persuasi untuk bergerak yang akan menciptakan blog-blog berkualitas.
Senada dengan komen mulut, satu saja himbauan dari kami, Ngomong apa saja silahkan ….. tapi menebarkan pesimisme NO WAY. Sudah terlalu banyak orang yang melihat bangsa ini dengan pandangan yang mengecilkan dan, secara sadar atau tidak, telah memupuk jiwa yang pesimistik dan kerdil. Bagi kami, Pesimisme = anti kemerdekaan … tidak akan pernah diraih kemerdekaan bangsa ini dengan sikap pesimis. Demikian pula, tidak akan tercapai kemajuan bangsa dengan sikap pesimis.
Semoga Tuhan memberkati anda dan kita semua. Salam perjuangan Lae, sudilah juga berkunjung ke gubuk kami yang bersahaja.
23 Januari, 2008 pukul 4:12 am
Salam Kenal & tentu juga salam Merdeka bang Provokator.
Blognya mantab sekali, saya sampai ngga PeDe untuk berkomentar, tapi saya juga jadi terprovokasi untuk terus ngeblog dengan lebih serius.(selama ini memang masih sekedar just for fun 🙂 semata.
Sepertinya saya memang harus belajar melihat & mendengar dari blogger2 seperti anda agar saya dapat ikut berbicara, jadi saya langsung link saja blog anda, bolehkah?
salam,
kabarihari. Yang baru bisa melihat dan mendengar…(belum bisa berbicara).
23 Januari, 2008 pukul 4:35 am
@ jepits
Salam kenal juga kawan.Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan komentar.
Sekilas saja membaca komentar anda, sudah bisa disimpulkan anda pun cukup serius melakoni dan menghayati interaksi di dunia blog ini. Selamat buatmu kawan.
Aku agak terkejut dan heran membaca komentarmu yang ini,”…bukan pada larang-melarang blogger untuk menulis secara merdeka.” Emangnye siape gue sampai punya otoritas sehebat itu? Negara aja nggak bakal bisa mengatur kebebasan yang ada di dunia maya, apalagi ogut ?
Soal menebarkan pesimisme seperti yang anda kuatirkan, menurutku ukuran kita mengenai pesimisme dan optimisme pasti berbeda. Kenapa aku berani memastikannya ? karena dari komentarmu terbaca dengan jelas, anda berpikir dengan paradigma yang sangat umum dan normatif! Anda setia mengikuti arus umum.
Begini saja, secara garis besar attitude atau kecenderungan kejiwaan orang Indonesia sekarang ini, menurut pendapatku, berkisar antara masa bodoh (apatis) dan mengharap terjadi keajaiban atau datangnya ratu adil atau mesias (eskapisme). Kesimpulannya : tidak ada lagi optimisme di tengah-tengah bangsa dan negara ini. Apa sih dasar kita untuk optimis ?
Yang anda anggap sikap optimistis selama ini sebenarnya hanya kegembiraan semu (apatis) seperti trend yang ada dunia blog Indonesia saat ini atau mungkin eskapisme tadi. Masa bodoh atau mencari pelarian, begitulah attitude atau “perilaku” batin kita hari ini.
MERDEKA
23 Januari, 2008 pukul 4:57 am
@ kabarihari
Salam kenal juga Bang. Selamat datang di blog MERDEKA ini.
Terima kasih atas pujian dan apresiasinya terhadap blog ini. Sebenarnya menurut aku sendiri masih banyak kekurangan blog ini. Biarpun begitu pujiannya aku terima dengan senang, begitu pula sikapku apabila dikritik.
Ah, pede ajalah Bang, semua kita adalah orang-orang yang masih belajar dan terus belajar. Jangan takut salah. Bukankah lebih baik berbuat kesalahan daripada tidak berbuat sama sekali hehehe…
Tapi hati kecilku mengatakan anda sebenarnya terlalu merendah. Ayo bung tunjukkan pada dunia blog Indonesia : semangat perubahan dan kemerdekaan! Salam
23 Januari, 2008 pukul 10:18 am
Bung (Lae)!,
Perjuangan sangat diperlukan untuk memerdekakan diri apalagi memerdekakan bangsa.
SELAMAT BERJUANG…………. MERDEKA!!!
Salam and GBU
23 Januari, 2008 pukul 11:36 am
@ Lae Bachtiar STUM
Mauliate (terima kasih) Lae.
Horas
25 Januari, 2008 pukul 12:00 pm
horas tulang, salam kenal.
terimakasih sudah berkunjung ke blogsku dan undangannya mampir kesini.
lumayan ada tempat mampir baru nih, untuk terus mengasah keprihatinan tentang bangsa yang belum merdeka ini.
Salam,
Gerda Silalahi
25 Januari, 2008 pukul 4:30 pm
@ Ito Gerda Silalahi
Salam kenal juga bere. Kedatanganmu di blog ini,
membalas kunjunganku ke blogmu, membuatku
merasa makin mantap melanjutkan apa yang
sudah kurintis disini.
aku kagum melihat keberanian dan semangat kaum
perempuan kita untuk mengekspresikan diri di
dunia blog. Tapi sayang perempuan Batak masih
sedikit yang tampil. Ayo ito, kompori mereka,
bilang pada mereka : mendingan
main blog daripada main leng hehehe…
Salam
HORAS
26 Januari, 2008 pukul 3:29 pm
kunjungan balik, salam kenal…
saya suka dengan provokasi anda.pencerahan bagi diri saya yang belum terlalu berani untuk merdeka. bukan takut, tapi kadang kebebasan itu menjadi bumerang bukan hanya untuk saya. terimakasih, setidaknya blog ini sudah “memprovokasi” insipirasi dan semangat saya untuk lebih berani, lebih merdeka.
salam…
26 Januari, 2008 pukul 3:56 pm
@ Mybenjeng
Terima kasih kunjungan baliknya Mas. Responnya aku terima dengan rendah hati sebagai apresiasi dan pertanda saling mengerti. Mari kita manfaatkan kebebasan yang ada di dunia maya ini untuk berkomunikasi secara merdeka dan mengkomunikasikan spirit merdeka.
Salam
27 Januari, 2008 pukul 3:41 am
Bung Robert, sepertinya aku kenal dengan nada suaramu yang tertulis ini. Kalau tidak salah, ini kalau tidak salah, semoga tidak salah, aku pernah melihatmu di cak Tarno institute, deh… kalau benar, salam kenal buatmu juga, sekalian salam buat cak tarno dari caklul. Namanya juga orang nekad, ya modalnya juga nekad.
Tapi, bung Robert, motto di atas itu sepertinya masih kurang ekstrim, menurutku. Seharusnya bukan lagi memprovokator orang terjajah untuk merdeka, tapi memprovokator orang terjajah untuk menjajah. Kalau itu berhasil, kita akan dikenal lebih seram dan menakutkan. Kalau sekadar merdeka, hasilnya biasa saja, penjajahnya bisa gantian. Kalau dari terjajah menjadi penjajah, itu luar biasa. Keren, kan? kekekekeke
27 Januari, 2008 pukul 7:54 pm
hhmmm….katanya ayo merdeka dan menghasut orang untuk merdeka tapi anda mengatakan blogsphere indonesia hanya tempat untuk berhahahihi, buang suntuk dan pelarian semu, lah itu kan juga kemerdekaan mereka untuk berhahahihi dan buang suntuk??? mengkritik atau memprovokasi nih???
bukankah kalo menurut psikologi massa (kata temen nih) bahasa penyampaian itu relatif tergantung dari segmentasi audience-nya, toh kalo kita berhadapan dengan audience (misalnya) yang lebih mudah ‘dimasukin’ dengan bahasa bodor, apakah kita juga harus masuk dengan bahasa yang frontal??
tapi gimanapun juga siplahhh….keren…udah berani ngaku sebagai provokator, tinggal mudah-mudahan tetap bisa konsisten ya boss….
28 Januari, 2008 pukul 11:40 am
@ pelanggar
Bukan perkara aneh kalau orang yang terjajah balik menjajah. Itu sudah terjadi sejak awal sejarah manusia. Bisa berupa penjajahan hirarkis, artinya yang di atas menginjak yang di bawah, dan terus begitu secara berjenjang. Ada juga yang melakukan pemberontakan dan kemudian balas dendam, yaitu balik menjajah bekas penjajahnya.
Yang aku mau adalah kemerdekaan yang membuat orang kehilangan nafsu untuk menjajah sesamanya. Kemerdekaan yang sungguh-sungguh membebaskan.
btw aku bukan orang Tarno Institute yang kau maksud kawan. Dan aku malah jadi tertarik ingin mengenal orang itu. Terima kasih.
Merdeka
29 Januari, 2008 pukul 10:17 pm
salam kenal,
salut..ternyata ada blog yang beginian ( menghasut orang-orang yang terjajah untuk merdeka ) . aku sebenarnya juga ingin jadi blogger provokator seperti anda, tetapi aku belum punya nyali. mudah-mudahan dengan sering membaca blog anda, nyaliku bisa muncul dan mulai menulis ( sudah setahun blog ku kubiarkan nganggur ).
31 Januari, 2008 pukul 12:49 am
@ wid
Salam kenal juga kawan.
Aku sebenarnya lebih suka membangun komunikasi dengan lembut dan elegan, seperti gaya Kompas yang serba lunak dan diplomatis itu, atau seperti esai Gunawan Mohamad yang meluas dan meluas tanpa tepi. Tapi aku melihat ada hal yang aneh dan ganjil di era Reformasi ini, setelah pers kita bebas sebebas-bebasnya : ternyata tidak produktif, tidak membuat fungsi kontrol media massa menjadi lebih efektif dan tidak merangsang pemikiran-pemikiran yang cerdas dan kreatif di masyarakat.
Pendek kata : pers Indonesia tidak mampu menjalankan fungsinya sebagai agen perubahan sosial, sebagai pusat pencerdasan dan sebagai fungsi kontrol yang independen.
Setelah kurenungkan dalam beberapa tahun ini, mengertilah aku kenapa bisa begitu. Masalahnya adalah gabungan dari situasi pers sendiri yang mengalami dekadensi, parpol/politisi yang korup dan amoral, serta masyarakat sendiri menderita sindrom mati rasa (apatisme ekstrim).
Jadi bukan soal berani, kawan, tapi karena aku harus menentukan sikap : menulis secara blak-blakan, kritis dan indepen atau tidak usah menulis.
Mulailah menulis lagi kawan, dengan sikap polos dan lugu seperti anak-anak, yang takjub dan terkagum-kagum melihat hal-hal yang dianggap sepele oleh orang-orang dewasa. Menulislah lagi kawan, karena masyarakat dan bangsa kita sedang krisis ekspresi-ekspresi yang jujur dan tulus, yang digerakkan oleh cinta.
31 Januari, 2008 pukul 1:25 pm
Walaupun aku tak peduli pada apa itu “bangsa” maupun “negara”;
Jangankan dalam dunia maya, dalam hidup nyata sehari-hari saja bangsa ini memang bangsa yang bodoh, dan tolol, juga selalu lupa akan sejarah. Diikuti dengan mental tempe dan hipokrit.
Itu memang mesti diakui, itu memang mesti disadari, baru bisa maju, baru bisa selesai segala permasalahan. Seperti orang gila yang harus menyadari dulu hal-ihwal kegilaannya baru dapat berangkat menuju kewarasan.
Tetapi bangsa ini, jangankan menyadari ketololan dan kebebalannya sendiri, justru secara kronik selalu berbangga dan berbesar hati dengan segala yang menyangkut dirinya.
Dan baru-baru ini, baik penguasanya maupun rakyatnya, sama-sama memperlihatkan sebuah pertunjukkan yang sangat-sangat memuakkan, di hadapan mayat seorang Jenderal Bintang Lima yang tangannya berlumurah darah jutaan jiwa rakyat bangsa ini.
Dan tujuh hari belasungkawa untuknya, dan bendera setengah tiang untuknya, dan bahkan ada yang mengusulkan gelar pahlawan untuk sang tiran itu!
Edan. Benar-benar edan!
Maka yang masih sadar, tetaplah sadar, yang masih mampu melihat dan berpikir dengan rasio dan logika, tularkan. Kabarkan kegoblokan-kegoblokan itu, tulis, bicara.
Bakar, mari kita bakar. Tidak ada apapun yang salah dengan provokasi. Hanya mereka yang kepentingan dan kenyamanannya terganggu yang mempersetan provokasi.
camarmerah
31 Januari, 2008 pukul 8:35 pm
salam kenal bung… .
membaca tulisan diatas jadi tersindir neehh.hehehe…. .
anyway paling gak saya bisa liat tulisan2 penuh kemerdekaan disini, dan semoga menular kepada saya. sebelum membaca tulisan2 anda yang memerdekakan satu pertanyaan saya. sudah merdekakah anda?
31 Januari, 2008 pukul 8:38 pm
ijin link skalian.hehehe… .
Robert Manurung :
salam kenal juga Bung. Maaf sempa terlewat, belum aku tanggapi.
Trims atas apresiasinya. Soal masang link, aku sangat berterima kasih.
Merdeka!
31 Januari, 2008 pukul 8:39 pm
Wah Kalo diterjemahkan artinya memang sangat banyak.,.,.
saya jadi teringat dengan provoke(skill swordsman di RO) ahahah^^v
tetapi yang satu jangan pernah menjadi provokator yang merusak bangsa././ hanya demi sesuap nasi atau keuntungan pribadi,dendam pribadi, dan lain lain.,.,
Salam kenal bwat Robert
1 Februari, 2008 pukul 11:52 pm
@ camarmerah
Yang dimaksud bakar : semangat pembebasan dari kebohongan, doktrin dan mitos yang membodohi rakyat kan?
Merdeka!
@ RioZzZ
Merusak bangsa ? Never!
Dengan segala sikap kritis, dengan segala rasa malu, dengan segenap pengalaman yang mengecilkan hati sebagai orang Indonesia, aku cinta negeri dan bangsa ini.
Hanya demi sesuap nasi atau keuntungan pribadi ? Ah, justru sebaliknya kawan, blog ini adalah pengorbanan materi dan waktu. Kalau aku nulis di koran pasti dapat bayaran. Tapi aku milih nulis disini.
Trims
2 Februari, 2008 pukul 6:51 pm
~yup~
Memang sebagai anak bangsa yang baik memperjuangkan apa yg kau anggap benar demi bangsa sangatlah terpuji walau sekecil apa pun.,.,
Huh,.,.penjajahan modern di bangsa kita memang sangat kompleks yah,.,kamu menyadari sesuatu???,.
4 Februari, 2008 pukul 1:35 pm
saya seneng ada orang indonesia yang berapi-api seperti bang robert. kita punya cita-cita yang sama demi indonesia, tapi mungkin bang robert lebih cenderung ke arah menyemangati. kalau saya, karena background saya it, saya coba memajukan indonesia dalam hal ini, walaupun masih dalam batas mengharumkan nama indonesia di tempat saya sekarang.
tapi saya juga merasa gimana ya ketika bang robert menyebutkan tentang blog yg masih berhaha-hihi. karena saya pikir, tiap orang beda beda, cara pikirnya, tingkat pendidikannya, pengalamannya, dan faktor2 lain. bukankah hal yang berbeda2 itu justru memberi warna di dunia blog indonesia?
overall, saya suka tulisan2 bang robert. keep writing.
5 Februari, 2008 pukul 1:27 am
@ didats
Aku suka dunia yang warna-warni bang (eh benar manggil bang kan?) didats. Sebaliknya aku tidak menyukai dunia yang monoton.
Sebenarnya niatku bukan merendahkan blog yang just for fun, tapi mengingatkan dengan provokatif agar para bloger yang tadinya serius jangan larut berhahahihi….
Salam kenal. Trims untuk apresiasi dan dukungannya
Merdeka!
8 Februari, 2008 pukul 9:50 pm
salam kenal bang!
warna-warni blogsphere emang perlu bang, tapi kebawa arus dominan itu yg menjadikan blogsphere monoton, mungkin saya yg baru belajar inipun belum punya integritas..
tulisan2nya penuh semangat 😀
MERDEKA
8 Februari, 2008 pukul 10:28 pm
@ tan
salam kenal juga
terima kasih sudah membalas kunjunganku
dan mari kita sama-sama belajar.
MERDEKA
8 Februari, 2008 pukul 10:28 pm
salam juga buat lae, salam kenal balik thk atas kunjungannya. terus berkreasi ya friend.
Robert Manurung :
salam kenal juga Lae.
Mauliate (terima kasih) sudah membalas kunjunganku.
Horas!
9 Februari, 2008 pukul 12:05 am
Salam kenal RM sang provokator
Gw setuju….
tulisan lo bagus, kata2nya penuh semangat, tajam, dan berisi. Pantas kalo lo disebut Provokator….
Maju terus….
10 Februari, 2008 pukul 7:23 pm
terima kasih telah mampir ke blog saya. ini adalah kunjungan balasan. kalau setelah ini akan diikuti dengan saling kunjung mengunjungi, mantap sekali… 🙂
10 Februari, 2008 pukul 8:07 pm
@ teguh timur
Pasti, aku bakalan sering mengunjungi blogmu, Mas.
Terima kasih !
10 Februari, 2008 pukul 9:29 pm
Mungkin aku termasuk dalam golongan blogger yang suka ber-ha-hihi itu ya. Biarlah. Buatku, ngeblog untuk belajar mengaktualisaikan diri. Berawal dari just fun dulu. Maklum, masih belajar. Lama-kelamaan pasti postinganku akan menemukan bentuknya. Itu yg namanya proses pencarian. Menurutku, untuk menunjukkan bahwa kita baik dan benar, tidak harus dengan menjelek-jelekkan orang lain. Iya kan. Memang sih, kita semua punya hak untuk mengharapkan yg terbaik. Dan itu harus ada awalnya.
10 Februari, 2008 pukul 9:56 pm
@ Faradina
Beda lho Mbak menjelek-jelekkan dengan menunjukkan adanya fakta yang jelek. Yang pertama jelas-jelas fitnah, sedangkan yang kedua mungkin lebih tepat disebut lugas.
Setiap kali ada protes mengenai komentarku tentang blogsphere Indonesia, aku selalu senyum-senyum dalam hati. Soalnya, seperti komentar Mbak Farina ini, kebanyakan protes itu disampaikan dalam bentuk Inverted Confession : pengakuan yang disampaikan dengan cara menyangkal.
btw menurut aku, blogmu tidak termasuk yang 95 % itu. Cheer-up!
10 Februari, 2008 pukul 10:58 pm
kunjungan balasan dari bali. :))
soal kemerdekaan ngeblog, bagiku justru tidak usah kemudian dg nulis2 hal kritis melulu. kemerdekaan ngeblog, bagiku, justru karena dia tdk terikat pada satu isme. biarkan saja dia jd diaspora. ada narsis. ada kritis. sebab, blog lebih pada perayaan atas keragaman ini.
kalau melulu soal kritis, maka bs jd dia tercemar oleh elitisme media umum lg. seolah2 hal2 remeh temeh tdk boleh ditulis.
begitu, bung robert manurun. btw ini apanya pagar manurung ya? :)) soale pagar itu temanku di bali. wartawan jg.
11 Februari, 2008 pukul 12:37 am
Salam.
Salam kenal nih, saya ahmad, TKI di saudi. Saya urang bandung asli.
Ya, saya setuju dengan apa yang mas Robert katakan bahwa menyulut dan memprovokasi atau saya lebih suka dengan istilah “menstimulasi” orang-orang yang terjajah agar tersadarkan bahwa dirinya sedang dijajah dan diajak untuk melawan keterjajahan tersebut.
Wah, nampaknya mas robert punya idealisme yang cukup membara dan menyala-nyala, saya berharap mudah-mudahan semangat yang sama bisa juga dimiliki dan menular pada sesama anak bangsa.
ahmad. TKI asal bandung
11 Februari, 2008 pukul 4:31 am
Selamat berjuang Bang!
11 Februari, 2008 pukul 8:40 am
salam kenal juga, terimakasih sudah mampir ke
goblog reot saya 🙂soal konsistensi dan integritas dalam blogging….saya kira sudah hukum alam, mereka yg berhasil (dalam hal apa saja) itu kurang lebih 5% saja.
11 Februari, 2008 pukul 10:27 am
“Merdeka”
belum
(Ikranegara ’98)
semangat kali aku lihat blog ini, bang… garang dan jantan 😀
11 Februari, 2008 pukul 11:42 am
Benar nih blogku bukan termasuk yg 95%..? Aku cubitin nanti kalau ketahuan bo’ong.
11 Februari, 2008 pukul 1:27 pm
Salam kenal,
Makasih atas kunjungannya ke blog saya. Dalam dua bulan sudah menjaring hampir empat ribu hits, bagi saya blog Anda sangat dipandang. Tentu saja bukan lantaran artikel-artikel yang bodor dan cuma berhahahihi…
11 Februari, 2008 pukul 4:13 pm
salam kenal dari kami, Ito 🙂
blogku juga masih belum bagus tulisannya, masih perlu belajar banyak, supaya punya identitas.
12 Februari, 2008 pukul 10:32 pm
@ bimaconcept
Terima kasih sudah membalas kunjunganku.
Trims juga untuk apresiasi dan dukungannya.
Horas!
13 Februari, 2008 pukul 5:28 am
@ antonemus
kalaupun serius, tetap ada keistimewaan internet/blog yaitu cara berkomunikasinya yang tidak mesti formal. Sebuah artikel bisa tetap berbobot dan terkesan serius, meski disampaikan bergaya aku, yang sulit dibayangkan bakal dilakukan oleh media umum.
kalaupun tidak serius, ya mbok jangan terlalu serius dong membawakan sifatnya yang nggak serius itu, nah lo, jadinya kan terlalu nggak serius hehehe…
Silakan nikmati kemerdekaan di blogsphere, termasuk di dalamnya kemerdekaan untuk tidak perduli dengan apa pun yang aku tulis di sini. Cheer up!
Merdeka!
13 Februari, 2008 pukul 5:36 am
@ ahmad
Salam kenal juga Bung ahmad. Ah, kau termasuk beruntung kawan, meski harus berkorban namun kau mendapat kesempatan memperluas cakrawala pikiran dan pengalaman batinmu.
Dulu, kalau aku sedang berkunjung ke sebuah negara, selalu yang kurasakan adalah rasa cinta terhadap Indonesia yang makin mendalam sekaligus kian perih. Kenapa kubilang kian perih, karena di luar negeri kita menyaksikan banyak keadaan yang lebih baik, termasuk penghargaan yang lebih tinggi terhadap harkat dan martabat manusia.
Aku senang dan bangga berkenalan denganmu Bung ahmad. Bagaimana kalau Bung kirim cerita keseharian kehidupanmu dan TKI lainnya di sana, pasti bakal menjadi info atau opini menarik buat pembaca blog ini.
Kapan rencana berlibur ke Tanah Air ?
13 Februari, 2008 pukul 5:39 am
@ Indonesiarepublik
@ joyo
Salam kenal. Terima kasih atas apresiasinya.
M E R D E K A!
13 Februari, 2008 pukul 5:44 am
@ nirwan
Pendapatku terhadap blogmu pun begitu. Mungkin memang sudah warisan genetik ya Lae.
Yang paling penting, kita masih punya kegelisahan di zaman yang sarat dengan pembiusan ini. Soal sikap atau cara menyampaikan boleh saja berbeda asalkan substansinya sama-sama menukik, jangan serba melebar seperti pola pikir Orde Baru.
Teruskan berkarya Lae.
13 Februari, 2008 pukul 5:54 am
@ Mbak Faradina
Terus terang aku jadi bingung nih. Pengen bilang dengan tegas blognya Faradina tidak termasuk yang 95 % itu. Kalau perlu bilang sumpeh deh. Tapi di sisi lain, ganjaran cubitan dari pemilik blog yang tergolong 5 % adalah sensasi yang belum bisa aku bayangkan, namun diam-diam kepingin tahu hehehe….
Keep smile Faradina (may i call u adik, please?)
13 Februari, 2008 pukul 6:06 am
@ yacobyahya
@ Indahjuli
Kalau dilihat dari tampilan, ditambah sikapku yang terkesan “merendahkan” sebagian besar blog di blogsphere Indonesia, memang surprise juga apa yang disebutkan oleh Bung yacobyahya.
Buat aku sendiri, arti hits itu adalah indikator tingkat komunikasi yang berhasil aku lakukan di dunia blog. Di luar itu, hits tidak berarti apa-apa bagiku, karena blog ini tidak mendapat imbalan apapun terkait dengan hits tersebut. Selama masih mampu aku danai sendiri, aku tidak akan menerima bantuan atau imbalan dari pihak mana pun. Tapi jika memang membutuhkan sokongan, aku lebih suka minta donasi kepada pengunjung blog ini daripada nyari duit dari ad-sense. Tapi tampaknya belum perlu.
Aku senang berkenalan dengan Bung yacobyahya dan Ito Indahjuli. Nanti kalau waktuku sudah lebih longgar, aku pasti akan mengontak anda semua via email. Oh ya, bagi yang berminat mengontakku lewat japri, emailku : merdekanews@gmail.com
Merdeka!
13 Februari, 2008 pukul 1:27 pm
Horas Bah !!!
Salam kenal Beth !
Kau sebut diri kau PROVOKATOR boleh aja tapi enggak sekedar provokator yang bisanya cuma manas-manasi aja ya, kasi solusi dan jalan keluarnya, agar bagaimana kita bisa benar-benar merdeka enggak terjajah dan dijajah oleh keadaan sendiri.
Olo deh beth, apapun itu aku senang mampir di blog mu yang
BATAK KALI KAU ……………
MULIATEE DAA ….
15 Februari, 2008 pukul 11:00 am
ketika anda menentang blog blog yang berisi curhat, sayalah orang pertama yang menentang Anda 😀
salam kenal, dan selamat berwakaka, yang menurut saya memang gak salah dilakukan.
hanya orang itu sendiri yang bisa mengerti manfaat sebuah blog. Sebuah kisah kecil bisa sangat berarti dan anda akan membutuhkannya kelak di suatu hari.
salam kenal dari blogger yang demen berhahahihi dan berwakakaka di blognya…
😉
15 Februari, 2008 pukul 12:17 pm
@ khosiyah Harahap
Salam kenal Lae. aku ini provokator tulen hahaha…dan BATAK pula. Komplit sudah kan ?
Aku memang bangga terlahir sebagai manusia Batak, seperti juga kawan-kawanku yang Minang, Madura, Minahasa, Papua dan lain-lain. Gini-gini aku bergaulnya nasional juga Lae, jadi tanpa ragu aku merasa ikut memiliki negara ini sambil tetap menjunjung tinggi identitas etnisku. Itulah tamansari Indonesia yang semestinya, kumpulan suku-suku yang kuat, sehat dan dinamis.
Horas!
15 Februari, 2008 pukul 12:51 pm
Terima kasih telah datang ke blog saya, dengan memberi komentar yang bisa memberi ide bagi saya.
Dunia blog adalah dunia yang paling demokrasi, mau menulis apapun bebas…….
15 Februari, 2008 pukul 2:00 pm
Terima kasih atas kunjungan bapak, saya jadi tahu ada blog sekeren ini. Langsung saya masukkan feed reader dengan label
must read nih.
Kapan-kapan cobalah berhahahihi sambil menyelipkan provokasi, Pak. Secara anak2 yang dahinya belum berkerut akan lebih tertarik ikutan membaca.
Sebagai calon pewaris bangsa, mereka lebih memerlukan “provokasi” dibanding jidat2 berkerut yang sebentar lagi mati.
15 Februari, 2008 pukul 5:27 pm
@ Dearest Mrs.Fortynine
Sedalam itukah dampak provokasi blog aku yang masih seumur jagung ini terhadap Mrs.Fortynine yang sudah sangat sohor itu ? Aku jadi merasa tersanjung, mum, really!
Membayangkan Lady-in-Command seperti Mrs.Fortynine begitu semangat, sampai-sampai menjadi pendaftar pertama untuk “memberi pelajaran” padaku…wah, wah bisa-bisa kebandelanku akan sering-sering kambuh karena merasa excited, mum.
Khusus komenmu yang ini, mum, aku angkat topi sambil membungkuk dalam-dalam :
“hanya orang itu sendiri yang bisa mengerti manfaat sebuah blog. Sebuah kisah kecil bisa sangat berarti dan anda akan membutuhkannya kelak di suatu hari.”
Akhirnya, bagi yang memang demen berhahahihi dan berwakaka, go ahead. Pan ane ude bilang, ane kagak punya hak ngelarang-larang, ane cuma nyeletuk doang Mpok…dan akan terus nyeletuk begitu kapan aje ane mau.
Tabik
15 Februari, 2008 pukul 5:43 pm
@ Ibu Advokat Listiana yang baik
Aku hadir di blogsphere justru karena kebebasan itu, dan demi kebebasan itu, siapa tahu bisa lebih bermakna…
Tapi kalau apa yang kukatakan tidak bisa diterima oleh siapa saja di dunia maya ini, dia bebas untuk menyatakan pendapat dan bebas pula untuk tidak mengunjungi blog ini selamanya. Dan kalau memang pernyataanku mengenai blogsphere Indonesia sudah terasa sangat mengganggu atau “menyerang” pihak tertentu, laporkan saja ke wordpress, usulkanlah sekalian supaya blog ini diberangus.
Aku sadar jawabanku atau caraku menjawab bisa saja dianggap arogan atau menantang, lantaran kita tidak terbiasa mengatakan kebenaran secara lugas, jadi masih agak kaget-kaget. Susahnya bagi yang ingin menyerang aku secara kasar, aku sendiri nggak kasar, jadinya nggak pas kalau langsung diserang secara kasar. Dan memang kalau pun nantinya ada yang semacam itu, aku nggak akan gampang terprovokasi, karena aku adalah pionir dan rajanya provokator di blogsphere Indonesia hehehe…
Salam
15 Februari, 2008 pukul 5:53 pm
@ Guh
trims atas apresiasinya. Syukurlah kalau memang apa yang kusajikan di blog ini bermanfaat buat anda.
Aku tertarik dengan saranmu agar aku mencoba memprovokasi sambil berhahahihi. Saran yang menarik dan akan kupertimbangkan dengan sungguh-sungguh. Dan kalau nanti aku melakukan itu, aku akan selalu mengingatmu sebagai pemberi inspirasi.
Nah, sekalian disinilah aku minta izin memasang linkmu di blog ini. Terima kasih kawan.
17 Februari, 2008 pukul 8:20 pm
Kunjungan balik. Tentang blog yang just for fun, aku termasuk lo. Buang stres. Kan pas kuliah paginya udah serius+stres banget, pas pulang saatnya berhahahihi di blog sendiri. Ohya, blog ente isinya berrraaattzz bgt ya.
17 Februari, 2008 pukul 8:50 pm
Pak. beli kertas bekas kiloan untuk corat coret dimana yah? tolong di email yah ke akuhijau@gmail.com. tx.
18 Februari, 2008 pukul 5:00 pm
Salam kenal ya mas.
Thanks.
19 Februari, 2008 pukul 6:48 pm
Bapak ini bisa aja.. saya kan cuma belajar menulis yang baik dan benar..hehehe.. saya suka filosofi soalnya…. sering2 mampir trus kritik ato kasih masukan ke tulisan saya ya Pak.. hehe, lain kali ajarin nulis berita dengan baik dan becus… hehehe
20 Februari, 2008 pukul 9:44 pm
komenku di postingan bung rober yang terakhir tertelan akismet atau memang dimoderasi, bung! tolong diselamatkan, yak!
23 Februari, 2008 pukul 12:28 pm
Horas Lae Manurung…
Silakan berselancar sepuasnya…
Horas jala gabe!!!
Evin BAKARA
23 Februari, 2008 pukul 11:59 pm
@ yetty
No problemo. Kalau just for fun itu sebuah pilihan secara sadar, why not ? Yang kupersoalkan adalah mereka-mereka yang awalnya serius atau merasa punya misi dalam ngeblog, tapi kemudian sibuk berhahahihi…
Percayalah, cepat atau lambat akan terjadi proses alamiah, dimana blogger yang sekarang sekadar hahahihi nantinya akan menjadi blogger yang serius. Sekarang pun gejala itu sudah mulai nampak, termasuk pada diri yetty. Berarti provokasi aku berhasil dong…
@ lil4ngel5ing
Aku suka blogmu yang keren. Aku kagum dengan kekayaan bacaanmu. Makanya terimalah pujianku dengan wajar dan tetap rendah hati. Maju terus “malaikat kecil”. Merdeka!
@ Sawali Tuhusetya
Aku sudah coba nebgubek-ubek ke tempatnya aki ismet, ternyata komen Pak Guru nggak bisa ditemukan disitu. Atau gara-gara aku gaptek, mungkin, makanya nggak bisa kuselamatkan.
Aku minta maaf atas kejadian ini. Terima kasih sudah memberi tahu aku, meski nggak bisa juga aku selamatkan.
@ tigerbear/Evin Bakara
Terima kasih Lae.
Salam kenal buat keluargamu.
Horas!
25 Februari, 2008 pukul 11:59 pm
lae, sudah terlalu ketuaan sitor, biarkanlah dia damai dalam sunyinya. hehehe.
28 Februari, 2008 pukul 2:02 am
Have a nice day !
3 Maret, 2008 pukul 5:04 pm
mampir dikit, udah lama saya nih gak berkunjung 🙂
4 Maret, 2008 pukul 5:49 pm
mau OOT…
haduuuh… saya dearest ya…
😳
*tersanjung VI*
10 Maret, 2008 pukul 11:14 am
merdeka berarti mau mengakui kemerdekaan orang lain…
merdeka, adalah sikap menghormati kemerdekaan ‘bersikap’ orang lain
memerdekakan diri harusnya tidak menjadikan diri kita egois 🙂
mengajak merdeka tak harus memaksa orang lain menerima apa yang kita tawarkan, itu berarti kita memerdekan orang dari belenggu dan membelenggunya lagi atas nama kemerdekaan yang kita tawarkan (upss!…)
yach…Bung Robert, kalo ada banyak blogger yang mengisi halaman blognya dengan curhat dan ha ha hi hi, itu kan bentuk kemerdekaan bagi dirinya… 😉
11 Maret, 2008 pukul 10:34 am
salam kenal, Bang.
hihihi.
😀
-IT-
12 Maret, 2008 pukul 8:01 am
Salam kenal, lae. Blogmu sudah kutautkan di blogku. Mampir2 ya kalau ada waktu. Peran sebagai provokator memang semestinya ada di republik ini. Kita bagi-bagi tugas lah. Kalau aku sih menulis yang ringan-ringan saja.
12 Maret, 2008 pukul 4:33 pm
merdeka dari hawa nafsu yang jelek, adalah kemerdekaan sejati. Merdeka dengan menjajah orang lain (memaksa orang lain menerima pemikiran kita) adalah kemerdekaan semu, argumen dan pendapat hanya bisa disampaikan dengan hati terbuka untuk dapat diterima atau tidak oleh orang lain.
selalu ingin berbuat baik, berbagi, menghormati, menghargai, taat hukum, santun adalah wujud dari rasa merdeka yang ada pada diri seseorang.
salam kenal.
17 Maret, 2008 pukul 7:30 pm
Salam Kenal,
setuju atas semua komentar di atas
Kang Nur
17 Maret, 2008 pukul 8:38 pm
Sorry lae… aku sudah me-link blog keyeeen ini…* memang cocok orang batak jadi provokator* ha ha ha……
saran saya : kritik nya kurang keras lae.. toh blogger indonesia tidak ada yang pernah ditangkap karena menulis blog… hahahaha….
maju terus pantang mundur ! MERDEKA !
22 Maret, 2008 pukul 5:24 pm
@ Panda
Walaupun tanggapan ini sangat terlambat, tapi aku sudah merespon dengan cepat apa yang Lae sarankan. Betul, Sitor sudah terlalu tua, tapi saking desperado soal hutan Tele “stok lama” pun mau kukomporin juga hehehe…
btw, aku dapat kabar baik, pembabatan hutan Tele sudah dihentikan. Mudah-mudahan untuk seterusnya. Mauliate Lae.
@ bibomedia
Haturnuhun. kalau bahasa Batak : Mauliate. Peace!
@ kamal87
Makasih sudah mampir. How r u, bro ?
@ Dearest Mrs.Fortynine
Selamat datang di dunia kami yang paradoks namun saling melengkapi.
Walaupun aku bersikap keras terhadap blog yang just for fun, tapi aku tak harus lupa bersikap santun, apalagi terhadap perempuan. Sapaan “dearest” itu coming from the deepest of my heart.
Salam persahabatan!
@ dewi
Tahun 1950-an, Mao Tse Tung sudah bisa berkata : biarkan seribu bunga berkembang…………
@ irvan132
Salam kenal juga kawan. Wellcome to the jungle hehehe….,
@ heryazwan
bagaimana kalo pembagian tugasnya secara bergilir hehehe….
@ huda
Merdeka dari kebodohan dan kesombongan diri sendiri, itu juga suatu perjuangan yang berat. Salam kenal. Terima kasih.
@ Kang Nur
Salam kenal juga kawan. Terima kasih sudah berkunjung.
@ rere
Kurang pedas ya Bang ? OK nanti cabe rawitnya aku tambah hehehe…
Wah Abang curi start nih soal pasang link, terpaksa aku jadi pengikut. Teriima kasih Lae. Tetap semangat!
M E R D E K A !
22 Maret, 2008 pukul 5:25 pm
salam merdeka,
makin mantap.
teguh, yang batak juga
23 Maret, 2008 pukul 9:44 am
Terima kasih sudah mampir di Blog-ku, salam kenal juga, tulisan Bung RM akan menyemangati, mengompori, memprovokasi, menghasut bangsa Indonesia untuk memperoleh kemerdekaan yang sesungguhnya, agar Indonesia bangkit dari keterpurukan, dan meraih kemajuannya dimasa yang akan datang, AYO BANGKIT INDONESIA…!!!
Salam Merdeka untuk bangsa Indonesia tercinta dimana saja anda berada!
Tempat standby saya : http://www.AyoBangkitIndonesiaku.wordpress.com
23 Maret, 2008 pukul 2:13 pm
@ teguhtimur
Teguh yang batak juga ? Namanya jadi TOGU hehehe….
Terima kasih apresiasinya. Aku baca artikel-artikel di blog Abang makin mendunia aja. Semangat anti-perang, itu terutama yang aku suka. Tapi jangan lupa negeri tercinta yang sedang merana ini dong bos.
Selamat berkarya dan berkelana di negeri gunung berapi, Hawaii, yang mengingakan alam Danau Toba. Di Tano Batak ada juga hula-hula, tapi tidak seronok macam di Honolulu hehehe…
24 Maret, 2008 pukul 3:20 am
salam merdeka.. sebab nge-blog juga bagian dari kemerdekaan
24 Maret, 2008 pukul 12:20 pm
Lae, terima kasih dah mampir ya
Salam kenal semoga tambah “greng” proyek provokatornya
24 Maret, 2008 pukul 2:16 pm
aku jadi ingat perkataan socrates yang begitu bijaksana dengan pengetahuan yang dimilikinya: “aku tahu bahwa aku tidak tahu”…
sebuah kesadaran diri yang teramat luar biasa daripada sebuah kesombongan akan kemampuan diri dan merendahkan orang lain…
26 Maret, 2008 pukul 5:35 pm
wah seandainya, semua orang Indonesia itu seperti Bung Nad, Pak Imam Semar, terus Bang Robert….saya pasti bisa tidur nyenyak!!!gara-gara kenal blog and melihat realitas sosial, hampir-hampir ak tidak dapat tidur tiap malam…Semoga kita suatu saat bertemu di susrga….salam kenal (Giy)
30 Maret, 2008 pukul 5:33 pm
@ nindityo
Merdeka! Salam kenal.
Betul, ngeblog memang bagian dari kemerdekaan; yaitu kemerdekaan berekspresi dan aktualisasi diri. Tapi ngeblog tidak akan otomatis mengubah orang-orang bermental budak menjadi manusia merdeka.
Coba saja lihat blog-blog yang mewartakan tentang Tuhan sambil menggertak, mengancam, mencaci maki, menghujat dan mengagungkan kematian…..
@ agus sampurno
Terima kasih Mas. Salam persahabatan.
@ gunawan
Kalau ini sebuah sindiran, aku menerimanya dengan lapang dada dan rasa terima kasih. Salam hangat.
@ Giyanto
Wow, tinggi kali aku diangkatnya Mas. Ini hanya sebuah ikhtiar karena kegelisahan batin melihat keadaan masyarakat bangsa kita. Tapi kalau ini dianggap lumayan, terima kasih. Teruslah gelisah dan menderita insomnia hehehe…
btw, emangnya sudah pesan kavling di surga Mas?
30 Maret, 2008 pukul 10:23 pm
Robert Manurung
btw, emangnya sudah pesan kavling di surga Mas?
Emang surga yang mana?maksud saya surga di telapak ibu pertiwi,he2….
Bung Nad, Pak Imam and Bang Robert itu bukan saya anggap tinggi, mereka itu orang-orang biasa, yaitu orang yang pake otaknya sendiri, tidak seperti burung beo, yang ngak ngik ngok and wek-wek, eh ngomong-ngomon suara beo apa bener kaya gitu?ha2….
31 Maret, 2008 pukul 12:13 pm
Horas.. Salut buat “kata pengantar” nya.
Berani…
Terus terang saya salut sama orang2 yang berani dan tegas.
Dan semoga di dunia nyata pun seperti itu.
Merdeka!! 😀
31 Maret, 2008 pukul 3:44 pm
Merdeka !!! (kata yang kelihatannya sekarang asing ya? kalo dipekikkan kita dianggap biang sekulerlah..inilah..itulah…)
Memerdekakan dari “pikiran-pikiran pelarian diri” itu yang sulit bung
Tapi anyway tag anda boleh juga
Ayo kita sama2 buktikan blog juga bs serius
Keep in touch…………………………………………………………………………….
(korantarget.wordpress.com, blogpolitikaris.wordpress.com)
1 April, 2008 pukul 11:07 pm
@ griyanto
Terima kasih kawan.
Btw siapa yang Mas maksud Pak Nad dan Pak Imam ? Maafkan ketidaktahuanku apabila terasa mengganggu.
@ glorialimbong
Horas Ito. Terima kasih atas apresiasi dan pujiannya. Lumayanlah buat membesarkan hati saat menghadapi kritik nanti hehehe…
Salam kenal Ito. Merdeka!
@korantarget
Terima kasih. Wow respon Anda sangat membesarkam hati.
Salal kenal.Yup, keep in touch…
2 April, 2008 pukul 12:23 am
ha2….Bang Robert kan ikut salam kenal dengan Bung Nad di akaldankehendak.com, saya tahu ayomerdeka aja gara-gara Bang Robert masuk, masak lupa,ha2…
wah susah juga ya kenalan sama orang gaul…..ya ndak apa2 yang penting bukan beo….eh, ngomong2 mendingan Bang Rober beli tambahan hardisk….
3 April, 2008 pukul 8:22 pm
@ Giyanto
Jujur, aku memang agak bingung karena pada blog akaldankehendak sosok penulisnya tidak ditonjolkan. Kupikir itu terjadi karena situsnya penerbit. Maafkan aku kawan.
Nah, aku tetap masih mau nanya nih : Mas Giyanto sendiri sebagai apakah gerangan di blog itu? Kalau malu menjawab di sini bolelah kirim email ke merdekanews@gmail.com.
Mengenai beli tambahan hardisk, kenapa emangnya Mas ?
4 April, 2008 pukul 9:08 pm
Salam perkenalan dariku di Malaysia bumi Allah, seperti bumimu jua….. Provokator???? bunyinya seakan nama sebuah mesin hebat yang boleh mengubah sejarah.
Kemerdekaan???? sesuatu yang amat dalam jua untuk di renungkan. Aku punya bicaraku sendiri tentang Kemerdekaan. Demikian juga orang lain, cuma punya bunyi yang berbeda.
Aku melihat dunia ini dari pandanganku, dan demikian juga orang lain. Siapa kita untuk menghukum, bagiku aku bersyukur atas anugerah Tuhan padaku.
Pesanku pada sahabat blogger ” Hiduplah untuk mencapai yang terbaik dalam hidupmu, Usah sulitkan yang senang”. Kerana kemerdekaan adalah ketenangan dan kebahagian, di dalamnya adalah cinta yang menghormati.
e-mailku: dboyd4044@gmail.com
8 April, 2008 pukul 11:19 am
Aaah, singgah juga di halaman ini. Salam kenal dari seorang pejalan yang ikut “terhasut” tulisanmu, Pak.
Salam,.
8 April, 2008 pukul 7:59 pm
Salam kenal pak….
berat…. berat bngat tulisannya….
9 April, 2008 pukul 9:09 pm
bagiku ngeblog hal yang baru
mungkin aku tidak bisa cepat menguasasi teknologi
walau aku punya blog aku tak bisa memanfaatkannya maksimal
palingan berisi features, stright news, atau cerpen dan puisi
blog ku itu tak ada yang mengomentari
tapi aku merasa biasa saja
bisa dibilang aku senang
kurasa, siapapun kita, punya keinginan masing-masing
tapi yakinlah, keinginan itu sumber malapetaka
11 April, 2008 pukul 8:12 am
Salam kenal Bang… makasih sudah pernah neduh di saungku…
Merdeka… 🙂
11 April, 2008 pukul 9:46 am
@ Lucky Boyd
Horas Malaysia. Kata horas ini adalah ucapan selamat serba guna dari bahasa batak. Aku menyapamu dengan cara ini untuk menunjukkan sikap bersahabat padamu dan segenap rakyat Malaysia yang mendambakan kemerdekaan.
Dari pesanmu padaku, kawan, tampaknya Anda salah memahami arti kemerdekaan yang aku kampanyekan di blog ini. Kemerdekaan yang aku dambakan adalah yang bersifat membebaskan, terutama dari dorongan untuk mengeksploitasi, menyakiti dan menjajah sesama manusia.
Juga kemerdekaan dari macam-macam berhala yang menumpulkan nurani kita kita sehingga sulit membedakan iman dengan agama, ini hanya sekadar contoh saja.
Rasisme adalah satu persoalan lagi, yang menjadi sumber kebencian, keinginan menyakiti, menjajah dan memperkosa kemerdekaan dan martabat sesama.
Bagaimana gerangan Malaysia memandang Indonesia, apakah hanya sekadar negara asal orang-orang malang yang terpaksa meninggalkan sanak saudara untuk mencari nafkah di Malaysia ?
Dengan sambutan yang agak cerewet ini, aku hanya ingin mengulurkan salam persaudaraan dengan tulus dan rendah hati.
Merdeka!
11 April, 2008 pukul 1:31 pm
Horas juga lae.
Sarupa do hita lae. Senang melihat orang batak menulis 🙂
Mengapa begitu ? Setelah mengetahui ternyata penulis Batak yang masuk di kancah perkembangan sastra Indonesia hanya beberapa dan dua yang paling terkenal menurut aku:
Sitor Situmorang, Armin Pane
Itu membuat Saya pingin banyak menulis 🙂
Satu yang menarik dari pengakuan Lae :
“ikut latah menjadi iseng!”
hahahaha.. begitulah memang kebanyakan isi blog saat ini laek (alasan utamanya sih biar orang sering datang untuk liat sebab topiknya memang lagi hangat dan lagi umum), jarang blog yang dibuat atas galian sendiri. kebanyakannya hanya memroduksi ulang sesuatu yang sudah ada dimuat di media publik.
Dulu di majalah Sastra HORISON dan KALAM editornya menyinggung ttg hal ini juga. Penulis2 saat ini banyak yang hanya mengutip dan membuat tulisan yang tidak “berdarah” artinya berdarah, tidak diperoleh karena usaha keras seperti penelitian atau sedikit pemikiran 🙂
Anyway.. apapun ceritanya.. tetaplah menulis.
Tetap Menulis LAEK 🙂
HORAS :
Hanya Oleh Rahmat Allah Saja
HO Raphon Au Sadarion
HOlong ROha dohot ASi 🙂
11 April, 2008 pukul 4:36 pm
mmm, that`s why this blog named ayomerdeka
great, salam kenal.
12 April, 2008 pukul 8:51 am
Horas Bang
akhirnya ketemu juga dengan Sang Provokator 😀
salam MERDEKA selalu!!!!!
Merdeka tak hanya membebaskan kuli panggul dari bebannya yang berat
namun juga membebaskan mental spiritual budaya & jiwa manusia yang makin hancur
mari provokasi bangsa ini agar mau bangun dari mimpi & ilusinya, berani menghadapi kenyataan hidup ini
REVOLUSI DIRIMU & JADILAH MERDEKA
16 April, 2008 pukul 7:31 pm
salam kenal bung,,,, tetap semangat untuk memerdekakan proletar yang terus-menerus dijajah kapitalis,,,,
blogmu bagus sekali,,,
mampir ke blog saya dong,,,, saya juga mempunyai kemiripan dengan mas… hehe…
16 April, 2008 pukul 10:08 pm
@ Ecko Manalu
Akan tiba waktunya Citizen journalism berfungsi penuh sebagaimana media mainstream, yaitu seperti yang Lae sebutkan : menggali dan mengolah sendiri berita/informasi yang disiarkan.
Tapi sebenarnya karya jurnalistik “daur ulang”, yang diambil dari media umum kemudian diolah dan disajikan dengan lebih komunikatif, intim dan bebas dari dominasi ideologi tertentu; tidak harus kita remehkan sebagai karya sampah.
Karakter media blog yang bersifat personal adalah satu daya tarik dan kelebihan tersendiri yang tidak dimiliki media mainstream. Personalisasi berita dari media massa akan memberikan pengalaman baru bagi pembaca blog. Siapa tahu bisa meningkatkan minat baca yang masih sangat rendah secara nasional.
Kita harus curiga : jangan-jangan, penyebab rendahnya minat baca adalah karena bahan bacaan yang ada terlalu seragam, monoton dan tidak independen.
terima kasih atas kunjungan dan apresiasinya Lae. Teruskan berkarya.
17 April, 2008 pukul 7:48 am
Horas dan salam kenal Lae Manurung..
Aku Simanjuntak Namorasende no.15 🙂
Oh ya, just curious…ini Robert Manurung yang dosen ahli biofuel itu kah ?
Teruskan menulis ya…tetap semangat..nanti kalau blog-ku sudah jadi, aku undang pun Lae 🙂
Mauliate …
18 April, 2008 pukul 11:40 am
Horas dan Salam kenal lae Manurung
Sudah banyak ketidak adilan dan ketimpangan yang terjadi di negeri kita yang tercinta ini. saat kita baca koran, nonton tv, bagaimana para pemimpin dan pejabat negara ini bertindak. dan ormas ormas baik dari kepemudaan, agama dan yang lain,berbuat diluar batas. seakan akan mereka yang punya kuasa. sakit dan kecewa bila melihat tindakan dan respon dari pemerintah.
Dengan spontan saya mengrikitk dan kecewa atas semua itu
Tapi yang lebih kecewanya adalah. teman-teman disekitar kita , yang cuek dan berkomentar; ngapain lu pikirin…. inikan jakarta..! siapa lu siapa gw.
saya kaget dan kecewa, tapi mereka gak bisa disalahkan, mungkin udah terlalu lama ketimpangan dan ketidak adilan itu didepan mata mereka, sehingga tidak ada lagi harapan untuk perubahan,alias menyerah…
Terima kasih saya ucapkan kepada Lae Manurung.. atas keberadaan Blog ini.
Salam, Merdeka
Radja Martahi Nadeak
20 April, 2008 pukul 12:37 am
Salam Kenal, membaca artikel-artikel yang ditulis oleh Bung yang satu ini membuat semangat dan gejolak jiwa semakin menjadi,
sekalian kami mohon ijin untuk mentautkan blog bung robet manurung dengan blog kami, demikian sebaliknya jika berkenan blog kami kami persilahkan untuk ditautkan. terimakasih sebelumnya
22 April, 2008 pukul 11:46 pm
MERDEKA…!!!!
😀
23 April, 2008 pukul 2:22 am
@ esensi
Terima kasih sudah berkunjung. Mari kita saling menghasut demi kemajuan dan kebaikan hehehe…
@ La An
Emangnya sudah ditimbang makanya tahu tulisannya berat ? Bercanda, biar nggak terlalu serius. Salam kenal.
@ menantangbadai
Horas Lae. Soal tak ada yang mengomentari, buat apa dipusingkan. Teruslah menulis kawan.
@ Menik
Terima kasih untuk kunjungan balasannya. maaf ya di sini nggak ada saung yang teduh hehehe…
@ alisyah
Salam kenal juga. semoga terhasut hehehe…
@ tomy
salam kenal juga. Aku setuju denganmu. Merdeka!
8 Mei, 2008 pukul 7:10 pm
salam pak,,,
saya selalu senang dengan kehadiran para provokator,,,
karena skill untuk memprovokasi bukan hal yang mudah,,,apalagi sebanyak apa orang terprovokasi,,,pemimpin tulen sejatinya juga adalah provokator,,,
hanya yang menjadi singgungan adalah apa yang dibawa sang provokator,,,
baik atau burukkah (bukan benar atau salah,,,agak sulit membahasnya),,,
ketika mind-mind manusia berbeda2 hingga ke sekte2 aliran2 paham2 bahkan keyakinan2,,,banyak provokator muncul untuk memprovokasi manusia mennjadi sejalan dengan fikirannya,,,
ayo pak tunjukkan klo memang fikiran bapak menuju ‘merdeka yang baik’ (sulit juga menyamakan persepsi ‘merdeka’ ),,,tapi selama ikut kuliah bapa,,,saya setuju PROVOKASI kan bangsa ini pak,,,untuk merdeka dari keterjajahan yang menyamankan manusia,,,
trims,,,
– Arief –
17 Mei, 2008 pukul 5:04 am
terima kasih kawan anda berkunjung ke blog aku. Salam kenal juga
17 Mei, 2008 pukul 7:34 pm
terima kasih atas kunjungan abang keblog saya dilangitjiwa.
dan salam kenal dariku.
salam
18 Mei, 2008 pukul 10:31 pm
Permisi, numpang Photoq
20 Mei, 2008 pukul 8:22 pm
horas lae.., wah aq bacanya jadi berapi-api ne.. semangat 45 bertambah secara dratis. thank atas spirit positifnya. aq dah link lae, aq tunggu linkbacknya ya..
20 Mei, 2008 pukul 9:57 pm
Aku merasakan getaran semangat yang sama dengan “Sang Provokator”. Silakan main-main dan corat-coret di blogku.
http://coretanpinggir.wordpress.com
Salam kenal.
Popop
(tukang Coret)
23 Mei, 2008 pukul 3:11 pm
mampir om…..
24 Mei, 2008 pukul 7:10 am
@ baja
Robert Manurung di blog ini bukan yang ahli biofuel, tapi yang mendalami “people-fuel” hehehe…
Mauliate Lae. Cepatlah bikin blog.
@ batuhapur
Memang parah, Lae. Parah sekali.
Yang lebih memprihatinkan adalah kelompok masyarakat miskin : semakin keadaan ekonominya sulit, malah semakin boros. Soal besok, urusan besoklah itu.
Akibatnya kriminalitas merajalela, juga prostitusi; dan kemudian dekadensi moral yang sangat gawat.
Lae harus merasa senang kalau ternyata masih gelisah melihat keadaan masyarakat-bangsa kita. Tapi janganlah menjadi obsesif, karena bisa berlanjut menjadi depresi. Kita harus tetap berpikir jernih, cerdik dan berpengharapan.
Aku senang kalau ternyata blog ini bermanfaat buat Lae, sekadar killing time atau memenuhi kebutuhan untuk berkomunikasi. Horas.
@ cdsi
Terima kasih untuk apresiasinya. Aku sangat senang menemukan kawan-kawan yang punya kegelisahan dan spirit yang sama di dunia maya ini. Semoga bobot komunikasi kita bisa terus meningkat dan bermanfaat bagi masing-masing.
Soal tautan link, itu soal kecil. Langsung aku kerjakan hehehe…
Salam Merdeka
@ lepinter
M E R D E K A !
@ justcallmerief
Doakan aku kawan, supaya konsisten dan konsekwen dengan peranku sebagai provokator kemerdekaan. Sebenarnya aku tidak memiliki pemihakan tertentu. Semata-mata pemihakan terhadap kemerdekaan seperti diamanatkan oleh Mukadimah UUD 45.
Di tataran individu, aku memprovokasi lewat blog ini agar kita mau dan berjuang membebaskan diri dari perbuatan yang bersifat prejudice, rasis dan tindakan kekerasan yang anti-kemanusiaan.
Aku sendiri pun masih terus berjuang untuk memerdekakan diri dari sikap-sikap negatif, misalnya saja kurang hangat menyambut keramahan dan antusiasme orang lain. Aku menyadari agak sering juga bersikap dingin, karena pada dasarnya aku memang seperti mesin diesel, terlambat panas hehehe….
Silakan masing-masing memiliki persepsi “merdeka”. Asalkan kita jujur pada diri sendiri, pastilah kita sama-sama mengerti mengapa masih perlu orang Indonesia memerdekakan diri atau dimerdekakan.
Terima kasih Arief. Saran-saranmu yang disampaikan dengan sangat halus bisa kok aku mengerti; dan aku sangat menghargainya. Salam.
@ herman
@ langitjiwa
terima kasih buat Anda berdua karena sudah membalas kunjunganku. mari kita teruskan saling berkunjung.
Salam.
@ Aryo Bandoro
Monggo kerso…
27 Mei, 2008 pukul 6:48 pm
Blogger Mode : ON (older Blogger dan younger Blogger)
salam,
lapor bang robert sang provokator,tapi kok komentar saya ada yang di tolak ya?hehe…padahal kita kan mau main “pedas-pedasan”
Kuliah Mode : ON (dosen dan mahasiswa)
lapor pak, ini tulisan dan hasil coba-coba saya terkait kacang hijau dan mata kuliah bioteknologi tumbuhan. mungkin agak berhahahihi….kalau idealitas tulisan saya,bermain itu menyenangkan,mencoba-coba itu menyenangkan,bermain sembari coba-coba sangat menyenangkan 🙂
28 Mei, 2008 pukul 11:35 am
Horan Iban… Hehehe..
Btw aku belum tau cerita marpadaan Nainggolan-Siregar.. Apa ceritanya..?Cerita duunnkk… Biar bertambah pengetahuan kita yang wawasan budaya Batak-nya masih minimalis..
29 Mei, 2008 pukul 2:05 am
@ ikhwanabd
Yang mana ya komentarnya yang ditolak ? Terus terang saja, saat ini hanya ada dua komentar yang aku tahan :
1 Link youtube ke video : ajakan membunuh ahmadiyah. Ini memang kebijakan yang aku anut, tidak akan membiarkan blog ini untuk mengkampanyekan kekerasan semacam itu.
Di sisi lain, ngapain juga aku secara sukarela menjadi corong kampanye kekerasan seperti itu, seandainya pun mungkin tujuannya hanya mencari sensasi.
2. Artikel mengenai ahmadiyah (3 buah) kiriman antosislam. Kutahan karena ada niatku menampilkan ke depan, tapi masih mencari identitas penulis artikelnya.
So, jangan kuatir kawan. Yang aku sensor di blog ini hanyalah yang bersifat kampanye kebencian aau ajakan melakukan kekerasan; serta kata-kata kasar dan tak senonoh. kalau pandangan setajam-tajamnya dan kritik sekeras-kerasnya, biar pun ditujukan pada diriku, pasti akan kuloloskan.
Salam.
@ sondha siregar
Sebenarnya bukan padan sih. Siregar dan Nainggolan kan satu rumpun yaitu Lontung. Nah, pernikahan Siregar dengan Nainggolan inilah yang sampai sekarang masih terlarang, karena merasa nggak pantas kawin sama itonya. Padahal sesama marga nainggolan sendiri sudah ada yang menikah.
Itulah cerita singkatnya, pariban. Horas.
30 Mei, 2008 pukul 11:24 am
Horas, tulang !
Teruskan perjuangan dan jangan menyerah tulang !
Saya juga punya blog ( RI Tool di atas ) yang menawarkan satu toolbar yang mungkin berguna untuk bangsa . Ayo tukaran link !
Merdeka !
30 Mei, 2008 pukul 9:22 pm
Kalau saya membaca visi blog Pak Albert Manurung yaitu menghasut orang-orang untuk menjadi merdeka, saya sangat respek, sangat jarang menemukan blog seperti ini. Namun sebaiknya kemerdekaan yang dimaksud perlu untuk konkritkan yaitu kemerdekaan untuk apa, kemerdekaan untuk siapa, misalnya untuk orang-orang yang terjajah maka penjajahnya siapa dan terjajahnya siapa, sehingga tidak “menembak angin”.
Jika konteks belenggu dan terbelenggu tersebut adalah kehidupan berbangsa, maka Pak Albert Manurung akan berhadapan dengan infrasturktur hukum, karena kalau kita konsekuen dengan falsafah bangsa maka negara ini harus menerapkan sistem sosialisme (lihat dan pelajari Pancasila dan UUD RI). Jadi jika visi yang dimaksud memang itu maka Pak Albert memiliki visi untuk merubah Pancasila dan UUD tersebut menjadi yang baru yang berlandaskan liberalisme atau yang lebih liberal.
Jika yang dimaksud adalah konteks sumber daya manusia maka konotasi penjajah di sini adalah oknum yaitu oknum pejabat yang berperilaku seperti penjajah. Jika memang visi ini yang akan dituju maka akankah lebih bagus lagi jika disertakan bukti-bukti konkrit kasus tindakan tersebut misalnya di dalam website kontras.com.
4 Juni, 2008 pukul 3:43 pm
Horas Lae Manurung yang ahli ‘people fuel’..
Sesuai janjiku, kalo blog-ku sudah jadi aku akan undang Lae..
Nah, silahkan Lae, kalau ada waktu maen-lah sebentar ke blogku…sekalian ajari bagaimana supaya bisa bakar ‘people fuel’.. 🙂
Mauliate Godang..Butima jolo..
Erwin Baja Simanjuntak
4 Juni, 2008 pukul 7:06 pm
Pak RM,
Salam kenal di blog, mungkin udah kenal juga didunia nyata. Terus bagaimana supaya lebih dari 50% bangsa ini menjadi merdeka, khususnya para pemimpinnya? Beri tipsnya ya. Btw, mampir di blog-ku, tolong nilai apakah saya termasuk yang 95% itu apa bukan, kalau ya akan coba saya ubah he-he-he.
Salam
5 Juni, 2008 pukul 2:20 pm
Horas..!!
Manukkun majo bah..
Biasana Provokator i…di pudi manang di jolo…??
Jala molo Provokator na punasa Blog on boha tahe..??
Ambal2 ni hata, hu add majo goarni inganan muna on tu Inganan hu
boi do kan lae Manurung..??
Botima
6 Juni, 2008 pukul 7:06 pm
Bung Robert, Salam kenal dan terima kasih sudah berkunjung dan men-link blog saya. Keprihatinan anda sama. Tapi memang tidak bisa memaksakan, karena toh blogsphere diperuntukkan bagi “kebebasan.”
Saya belum sempat memasukkan blog anda dalam link saya, tetapi pasti. Salam
11 Juni, 2008 pukul 11:05 pm
Tulang! Terima kasih sudah link ke blog ku. gantian pun kita 🙂 tapi mohon koreksi alamatnya. karena alamat itu kadung expired. mauliate
17 Juni, 2008 pukul 11:46 am
Horas lae!
Salam kenal dari pinggiran pulau Nusakambangan.
Membaca tulisan blog ini tak beda jauh dengan blognya lae Jarar.
Isinya membakar semangat untuk melawan belenggu segala pembodohan.
Blog seperti ini yang aku suka, kritis dan cerdas tanpa tedeng aling-aling (maaf Jawa nya keluar).
Maju terus!
Mauliate
15 Juli, 2008 pukul 10:02 pm
anda memproklamirkan diri anda sebagai Sang Provokator
tapi anda tidak militan dalam berpikir, anda malas membaca buku-buku orang-orang yang berpikir militan misalnya tan malaka, che, atau biografi pemimpin kuba, atau biografinya mao pemimpin revolusi cina anda tidak mungkin bisa memebeli buku-buku tersebut kalau anda cuma sibuk memekirkan perempuan atau perut anda yang keronjongan. militansi cuma bisa di bangun kalau kita punya kesadaran bahwa ada ediologi yang perlu di kabarkan apakah ediologi itu kiri atau kanan lewat tulisan agar mereka tahu kami mampu melawan tanpa rasa takut di lemahkan dan di kalahkan karena kami tidak lagi mempersoalkan masalah perut yang membuat orang malas berjuang. salam revolusi dari bandung
http://esaifoto.wordpress.com
16 Juli, 2008 pukul 4:04 pm
@ esaifoto
Kayaknya Anda sedang demam membaca buku. Bagus. Tapi jangan berhenti cuma jadi pengikut pikiran orang, kawan. Kalau jenis yang begitu sudah terlalu banyak di negeri ini.
Yang paling kita butuhkan sekarang bukan yang bisa pamer jumlah buku yang telah dibacanya atau mengutip buah pikiran para intelektual besar. Indonesia lebih membutuhkan orang-orang yang mau menggunakan pikirannya, yang berani berpikir merdeka, dan bisa bersikap kritis tanpa kehilangan kemampuan menghargai manusia lain.
Mengenai Mao yang Anda banggakan itu, kalau saja Anda punya referensi yang cukup dan bisa menilai dengan kritis maka Anda akan tahui dia itu bukan seorang pemikir atau teoritikus. Mao adalah oportunis paling sukses sepanjang sejarah dunia. Dia tak malu-malu membajak pemikiran para revolusioner Cina lainnya, lalu mengklaimnya sebagai buah pikirannya.
Che Guevara ? Hmm…sosok yang malang ini memang diidolakan oleh banyak kaum muda kita. Buku-bukunya dibaca seperti kitab suci, fotonya dipajang seperti bintang sepakbola, dan kaos bergambar wajah Che laris di mana-mana. Benar-benar memalukan. Kenapa Anda tidak menyebutkan nama Bung Karno sebagai salah seorang pemikir militan ?
Kalau mau membandingkan, aku lebih mengagumi petualangan Tan Malaka daripada romantismenya Che. Tan Malaka berjuang untuk negerinya sendiri, sambil terlibat dalam pergolakan revolusi fisik di berbagai negara; dan masih sempat pula melahirkan buku Madilog yang luar biasa itu. Sedangkan si anak manja Che dari Argentina itu malah berjuang untuk kemerdekaan negara dan bangsa lain, sementara negeri dan bangsanya sendiri masih dikuasai imperialis asing dan para kompradornya. Dia sungguh manusia yang tragis.
Terima kasih untuk kritik dan saran Anda, meski banyak hal yang kontradiktif dan membingungkan dalam komentar Anda. Misanya Anda bilang,”militansi cuma bisa dibangun kalau kita punya kesadaran bahwa ada ediologi yang perlu dikabarkan”. Kalau menurut aku, militansi bisa lahir dengan alasan apa saja, terutama oleh dorongan untuk jadi manusia merdeka dan berdaulat, menegakkan martabat, dan mempertahankan eksistensi suatu kaum beserta tanah airnya.
Ayomerdeka!
16 Juli, 2008 pukul 10:27 pm
saya suka komentar anda, dari esai foto, anda seharusnya membaca buku-buku yang menjabarkan definisi membaca agar kau bisa membedakan mana membaca dengan berpikir atau hanya membaca pikiran orang. saya sarankan anda rajin ke toko buku, dan cari buku yang berjudul kamus ilmiah populer supaya anda tahu apa arti militansi dan ediologi, jangan berkomentar kalau anda tidak mengerti bahasa ilmiah tersebut,
dan jangan lupa kalau anda ke toko buku gramdia baca bukunya mao warna biru, agar kau tahu apa yang di pikirkannya mengenai sosialis dan revolusi cina. anda terlalu banyak ngoceh (kata orang jawa) tanpa dilandasi referensi pengetahuan intelektual, anda bisa dipermalukan kalau di ajak berdebat atau berdiskusi (berdiskusi tanpa pengetahuan itu namaya debat kusir)
tulisan anda lebih banyak marahnya melihat persoalan hidup di negeri anda ini yang bernama indonesia, marah tidak menyelesaikan persoalan tapi buat orang prihatin melihat negeri anda ini yang sudah jadi sarang koruptor dan portitusi
Anda ternyata pengagum sukarno yang suka main perempuan semoga anda anti poligami kalau mendengar nama anda, tapi saya sarankan anda tidak anti poligami dalam TPS kalau kelak pemilu, (alias joblos semua partai) jangan golput nanti ibu mega marah bisa dosa anda sebagai orang yang mengiidolakan sukarno
salam kenal Tuhan memberkati, Amin
http://esaifoto.wordpress.com
18 Juli, 2008 pukul 6:01 am
Hahhahha, ada ada saja mang esaifoto ini. Kumaha wartosna juragan? Syukurlah perut anda tidak keronjongan. Itu bagus. Saya yakin anda sudah berfikir keras (militan?) untuk mecapai suatu rumusan terbaik untuk mengatasi perut-perut dari hampir separoh penduduk negeri ini yang masih keronjongan. Rumit memang untuk merumuskannya, sebab bukannya kita tidak punya apa apa sehingga kita miskin.
19 Juli, 2008 pukul 10:22 am
Merdeka !!!
Salam kenal buat “teman intelektual” yang berbagi matahari tentang tanah air kita yang dibuat mendung berkabut oleh komprador-komprador “Kapitalisme” dan “Liberalisme” semu. Berikan semua cahaya penerang kesadaran bahwa kita kembali terjajah dengan ideologi ataupun tindakan nyata dari neo-liberalisme, neo-imperialisme, demokrasi yang mengakibatkan orang-orang tidak merdeka dari ideologi bangsa-bangsa barat.
Saya tidak percaya dengan Coca-Cola, Levis Jeans, MTV, IMF, EXXON MOBILE, CALTEX, LSM-LSM yang mendapat founding dari Amerika yang merupakan bentuk dari segala neo-kapitalisme, neo-liberalisme. Bentuk dari penjajahan gaya baru baik secara internal maupun eksternal. Para penjual jasa, pemberi modal, investor berwajah buas!.
Masihkah anda ingat dengan VOC dimasa dahulu, yang ternyata merupakan bentuk koorporasi asing atau perusahaan yang sama skalanya seperti Coca-Cola. Bayangkan … dahulu kita terjajah oleh sebuah perusahaan asing !!! (1600an-1799) melalui para raja, para bupati sebelum akhirnya diambil alih oleh pemerintahan Belanda sendiri
Nah, masa kini kembali terulang. Lebih dashyat lagi oleh banyak sekali perusahaan asing(seperti VOC) yang menghisap alam, manusia, memperdaya, memberi hutang dengan bunga dan perjanjian yang sepihak kepada pemerintah Indonesia.
Mau dibawa kemana kita sekarang …???
26 Juli, 2008 pukul 7:49 am
@ esaifoto
Komentar balik Anda hanya berisi sinisme, dan memamerkan keterbatasan informasi, pengetahuan dan pengalaman Anda. Sayang sekali, karena tidak ada manfaatnya buat aku dan pembaca blog ini.
Coba dong buktikan kepintaran dan sikap berpikir Anda yang militan. Tulis satu alinea saja, misalnya mengenai nasib korban Lapindo. Apa kata Mao dan tokoh-tokoh yang Anda idolakan sebagai solusi untuk tragedi semacam itu ?
Soal membeli buku, kenapa harus di toko Gramedia, dan kenapa Anda hanya membaca buku terjemahan mengenai “ediologi militan” Mao ? Kenapa nggak baca buku aslinya dalam bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya, pasti lebih akurat. Soalnya, mutu terjemahan di Indonesia belum cukup baik.
FYI : di kios buku bekas di TIM, Jakarta, banyak terdapat buku-buku bagus yang memuat pemikiran Hegel, Karl Marx, Jean Paul Sartre, Tan Malaka, Paolo Futre, Ivan Iliych, dll. Itu hanya sedikit di antara pemikir “militan” seperti yang Anda maksud.
Mengenai penilaian Anda bahwa aku menulis tanpa referensi pengetahuan intelektual, itu hak Anda untuk menilai. Aku sendiri tidak merasa perlu memamerkan sebanyak apa buku yang telah aku baca; berapa banyak negara yang telah aku kunjungi; berapa banyak tokoh intelektual yang menjadi “sparring partner”-ku; setinggi apa tingkat kecerdasan dan kualitas pencerahan yang telah aku capai dan segala narsisme yang kekanak-kanakan itu.
Mengenai Bung Karno yang Anda lecehkan karena reputasinya sebagai womanizer, hahaha…, maaf, aku jadi tertawa ngakak karena pada poin ini terbuka kedok Anda. Kalau Anda benar seorang intelektual, apalagi mengaku-ngaku pemikir militan, ngapain mempersoalkan kehidupan pribadi Bung Karno ? Anda ini pemikir militan atau seorang puritan yang merasa punya secercah kecenderungan intelektual dan berilusi jadi pemikir militan ?
Tak usah menjadi seorang intelektual, asalkan Anda mampu berpikir terbuka dan jujur, maka Anda akan mampu memilah-milah yang mana prestasi Bung Karno di bidang pemikiran sosial, politik dan tata negara; yang mana jasanya sebagai pejuang kemerdekaan nasional, yang mana kontribusinya sebagai inspirator kemerdekaan bangsa-bangsa di Asia dan Afrika; dan yang mana kehidupan pribadinya yang semerdeka burung rajawali…
Cobalah Anda bayangkan : ketika Bung Karno mulai menghasut orang-orang di negeri ini untuk merdeka, konsep merdeka itu sendiri belum dikenal; dan kehidupan di bawah pemerintahan kolonial sudah menjadi sesuatu yang normal. Apa BK bukan pemikir militan ?
Apakah semua kualitas intelektual dan keberaniannya menguak zaman baru; dan membangun sebuah bangsa/negara dari gagasan-gagasan yang sama sekali asing; harus dianggap tidak berarti cuma lantaran dia melakukan poligami ?
Dari penilaian Anda mengenai Bung Karno sudah bisa disimpulkan, Anda kebingungan antara memuja intelektualitas, pemikiran radikal, dan kepatuhan seperti robot pada norma-norma sosial/agama. Tampaknya Anda juga terjebak pada kepatuhan atau pemujaan yang berlebihan terhadap jargon-jargon ilmiah, intelektualitas, dan semacam itu.
Semoga Anda segera menemukan jalan, dan kemauan, untuk membebaskan diri dari kerancuan berpikir dan kebingungan bersikap.
Ayomerdeka!
1 Agustus, 2008 pukul 11:48 am
Merdeka Bang Robert !!!
Salut punya teman seperti abang ini, yang masih peduli pd apa yg terjadi dengan Indonesia ini.
Salam Kenal jg bang dan mohon Bimbingan-nya..
🙂
4 Agustus, 2008 pukul 12:21 am
Salam kenal juga bang…
Waduh, saya tdk tau apakah blog saya termasuk dari salah satu blog yg hanya berhaha hihi, tp apapun itu saya sudah tersanjung blog saya yg sederhana itu sudah di kunjungi oleh abang…
Salam Merdeka juga bang!!!
8 Agustus, 2008 pukul 9:18 pm
Salam kenal !
Ayo merdeka + menghasut orang-orang terjajah untk merdeka + sang provokator .
Wah judulnya tembak langsung ya ,
Tapi aku yakin, maksudnya untuk hal-hal yang positip .
Salam !
14 Agustus, 2008 pukul 4:48 pm
Bang, saya pengen merdeka!!!
Provokatori saya dong..!!
16 Agustus, 2008 pukul 7:07 am
63 tahun DIPERRINGATI UNTUK HARI KEMERDEKAAN RI… namun.. apa makna kamerdekaan itu? merdeka dengan tekanan psikologis sewaktu-waktu bangsa ini akan runtuh dengan cepat atau lambat. Merdeka dengan takut tidak bisa makan di hari berikutnya padahal anak istri menunggu di rmh dengan khawatir akhirnya bunuuh diri..?
salam kenal..
*udah sy blogroll mas*
27 Agustus, 2008 pukul 11:54 am
horas amangboru. aku baru berhasil bikin blogroll list di blogku. sekalian lah aku bisa add blog ini ke sana ya….syukur-syukur jika blogku juga bisa nongol di sini. horas
3 September, 2008 pukul 9:27 pm
Waduh…saya langsung merasa kecil masuk di blog ini. Sungguh atmosfer yang beda terasa di hati saya. Saya termasuk orang yang memanfaatkan blog hanya untuk e-diary saja.
btw, thx bgt buat commentnya ^.^
4 September, 2008 pukul 6:37 pm
horas lae, salam MERDEKA dari Makassar…!!!
melihat sepintas blog lae ini aku jadi merinding..hii…!!! 😀
takut kalo-kalo lae ku yang satu ini jadi seperti lirik lagunya JAMRUD : …”dijemput dan menghilang….” tapi gak usah khawatir kayaknya yah, era itu sudah berlalu…
yang ada sekarang : ..” dijemput dan diajak KORUPSI berjamaah..” hahahaha….
asik juga membaca ulasan-ulasan dari lae. jadi teringat masa-masa kuliah dulu di malang…era ’98…semangat menentang tirani…tapi abis itu senyap kayak kuburan..hehehehe…
btw, terima kasih sudah menyempatkan waktu untuk mampir di Lapo ni “Warkop Dg Bonar”, sekalian mohon ijin utk mencantumkan alamat blog lae ini di blog ku…
kapan-kapan silahkan mampir lagi di Warkop ku lae…
botima jolo sian ahu..
horas dan MERDEKA…!!!
4 September, 2008 pukul 9:29 pm
aku turut mendukung gerakanmu bang, tentu aku juga demikian menjaga kebebasa berekspresi di blogku,
Rasanya terlalu negatif memakai kata “provokator”, padahal nilai yang abang ingin tanamkan bagus. Aku lebih suka dengan kata VIRUS, mari sebarkan virus pikiran dan ide positif bang, supaya pemuda-pemudi negeri ini bergerak ,bangkit, lalu berlari,
SALAM PERUBAHAN bang!!!!!!!!!!!!!!!!
4 September, 2008 pukul 9:39 pm
nampaknya makna kebebasan belum dipahami betul oleh sebagian besar orang-orang di negeri ini bang, yang menindas dan yang ditindas sama-sama tidak tau arti merdeka, mari kita tebarkan virus pemikiran ini bang
😀
4 September, 2008 pukul 10:04 pm
Salam kenal Bang Robert, Selamat berjuang semoga berhasil memprovokatori ke arah yang Positive dan membangun. Dan jangan sampai menjadi Provokator yang tidak bertanggung jawab. Sekali lagi salam kenal dan persahabatan bila berkenan. thanks
5 September, 2008 pukul 5:04 am
Horas Lae!
Wah, senangnya bisa lihat blog ku yang compang camping dicantumkan di blogroll. Senang juga baca beberapa postingnya! Tapi pantesan ga masuk linknya soalnya agak kurang titik sedikit di blog rollnya lae hehehe…
Menulis pedas terarah memang bisa memerdekakan orang, asal juga siap dikritik hahaha… Sukses terus! Horas
15 September, 2008 pukul 2:30 pm
lam kenal aja 😀
http://cantigi.wordpress.com/2008/08/19/ibsn-ibsn/
17 September, 2008 pukul 11:46 am
walah ada provokator. Ayo mas diprovokasi ini rakyatnya. Cape saya saling memprovokasi lewat blog.
22 September, 2008 pukul 7:40 pm
Iban…, baca lah komen Syahrul Hanafi Simanjuntak di postingan ini (http://tatianak2.wordpress.com/2008/09/12/pampang-dalam-gambar/#comments)…
Komen yang terlalu berlebih2an menurut saya… Belum waktunya saya dikait2an dengan Iban… Secara saya cuma nulis hal2 yang remeh temeh tentang muntahan isi hati dan kepala saya yang sifatnya sangat personal, sementara Iban sudah menulis tentang hal-hal yang kritis yang menyangkut hidup orang banyak, masyarakat dan negeri kita yang carut marut ini…
Selamat berjuang ya, Iban… Semoga provokasi Iban berhasil…
23 September, 2008 pukul 12:33 pm
KEBERANIAN YANG CERDAS BAGAI GUNUNG API,
BENIH YANG LEMAH TIDAK BISA TUMBUH DI DALAM KAWAHNYA.
# Ucok Usahid’92
FORKOT Mei’98
23 September, 2008 pukul 12:39 pm
Kak Sondha, sebenarnya masih ada satu lagi yang mesti bergabung yaitu Ito HALIDA SRIKANDI br.POHAN…hehehehe
Aku yakin pasti daya ledaknya High Explosive !
24 September, 2008 pukul 11:21 pm
Horas Lae Robert,
Wah, tumben2 maen ke blogku..hehe..
Makasih komentarnya Lae ya..kalo ada You Tube-nya lagu itu atau lagu Batak apa aja, bolehlah di share link-nya ke aku 🙂
Mauliate godang…
Tuhan berkati 🙂
25 September, 2008 pukul 4:20 pm
wah, rupanya anda “sang provokator” ya?
hehehe…mas robert..
ni saya juga memperkenalkan diri..(walaupun rasanya kita sudah saling mengenal didunia maya)
“sang penghujat”…ok..
salam persahabatan…
29 September, 2008 pukul 10:27 pm
keep provoking bro!! 🙂
30 September, 2008 pukul 6:38 pm
laek, alamatnya dimana ??
4 Oktober, 2008 pukul 1:23 am
Salam kenal, Sang Provokator!
Seorang provokator bisa menjadi pahlawan, atau bahkan sebaliknya. Apapun determinan atau konsekuensinya, yang penting adalah keinginan untuk merubah sesuatu yang buruk menjadi lebih baik; dari yang terjajah menjadi merdeka! sudah mulai dilakukan, bukan cuma dipikirkan.
Setiap orang memiliki cara berbeda untuk mencoba merubah, atau setidaknya memberikan kontribusi kecil untuk sebuah perubahan. Ada yang dengan “perang gerilya”, ada pula dengan cara frontal (face-to-face). Inilah namanya strategi.
Selamat berjuang…!
22 Oktober, 2008 pukul 10:09 pm
Salam kenal bung !!!
Saya suka pemikiran Anda..
Cerdas..
Tapi, rupa-rupanya Anda agak kekiri-kirian to..
23 Oktober, 2008 pukul 4:34 pm
Salam kenal juga bung. Dengan tulus aku katakan : Anda orang berjiwa besar yang kini semakin langka di tengah-tengah bangsa kita. Salut!
Salah satu kelemahan bangsa kita kenapa tidak maju-maju : integritas payah. Ada kesenjangan yang besar antara perkataan dan perbuatan. Mungkin dalam konteks lain ini disebut hipokrisi atau kemunafikan, sebagaimana disimpulkan Mochtar Lubis dalam bukunya “Manusia Indonesia”. Aku berusaha membangun diri di situ : menyamakan perkataan dan perbuatan. Membangun integritas. Itu terasa menantang bagi yang terbiasa dengan basa basi, kesopanan, dan keramahan semu. Bangsa kita suka sekali berbohong dengan cara yang santun!
Di sisi lain kita sangat lemah soal presisi. Karena sering merasa tidak enak atau takut mengutarakan fakta, lalu kenyataan diperhalus, direduksi, bahkan dimanipulasi. Mungkin hanya bangsa kita di dunia ini yang dalam menakar sesuatu menggunakan terlalu banyak kata bermakna relatif : sepelemparan batu, sepengisapan rokok, sebahu, sehasta, sedepa, sepelukan, segede gajah, kira-kira, sekitar, kurang lebih, boleh jadi, barangkali, siapa tahu, agaknya, kiranya, tampaknya, mungkin, kerukunan beragama, wajib belajar, tinggal landas, manusia indonesia seutuhnya, berahlak mulia …dan ini yang paling parah : sekitar 0,5. Sudah pakai nol koma sekian, kok masih ada embel-embel sekitar ?
Melalui blog ini, aku mencoba memprovokasi orang (yang mau) untuk membebaskan diri dari pola pikir Indonesia yang “mbulet” itu. Aku juga mengajak pengunjung blog ini membiasakan diri membahas secara terbuka hal-hal yang dianggap sensitif dan ditabukan, menelanjangi kebohongan-kebohongan yang sengaja didoktrinkan oleh pihak-pihak yang berkuasa, dan mendorong (yang mau) untuk mengembangkan pola pikir dan sikap yang independen. Civil society dimulai di sini Bung.
Apakah aku kekiri-kirian ? Bagi orang-orang yang telah mengalami pencerahan intelektual, dicap kiri adalah bentuk penghargaan tertinggi, karena konotasinya sosialis, dan humanis.
Apakah aku kekiri-kirian ? Yang berhak menilai adalah Anda sendiri dan orang lain. Silakan menilai aku kiri, kanan, tengah atau apa saja. Tapi, kalau Anda tanya apakah aku peka terhadap usaha-usaha pembodohan, penyesatan, manipulasi, eksploitasi, dan ketidakadilan; akan akan menjawab : YA.
salam merdeka!
30 Oktober, 2008 pukul 5:50 pm
Perjuangan kita sama bung, dengan jalan yang berbeda.
Selamat berjuang!
6 November, 2008 pukul 11:55 am
Salam Kenal Lae… Mauliate…Horas
12 November, 2008 pukul 2:58 pm
*siap-siap menempatkan URL blog ini dalam blogroll saya…..
15 November, 2008 pukul 6:43 pm
Ada info WordPress Coolest Blog Competition lae, silahkan segera meluncur
29 November, 2008 pukul 7:38 pm
Horas Amangboru. Salam kenal Amang. izinkan saya memperkenalkan diri, Manganju Luhut Tambunan itu namaku dari Pematangsiantar,
yang sedang belajar di kampung orang ini. Partigatiga, paronan onan do omakku jai lumayan borat do na manorushon parsikkolaan nami.
Suatu kebanggaan tersendiri dapat membaca tulisan-tulisan amang.
Pioner provokator blogosphere. hehahh..
Sekitar sebulan yang lalu, secara tak sengaja klik mengklik dari blognya bang Toga Nainggolan, hingga sampailah ke blog provokator keren.. hehahh
Ai pardia do amang bah..?
boleh tahu ID YM, atau email amang? Kalo bisa mencoba memberi pendapat, sattabi(mohon maaf) amang,
kalo saya membaca tulisan amang, secara tidak langsung serasa agak-agak kekiri-kirian sedikit (silahkan dikoreksi kalo salah) hehehh :).
Apakah benar demikian? Tetapi saya sangat salut, mengungkap fakta menyajikan dari sudut pandang yang berbeda dan menekankan rasionalitas.
Agh, saya takut nanti di cap sebagai provokator, mending nitip surat cinta dulu amang hehh..kepada orang yang kaya akan sumber daya alam tapi miskin mentalitas.
numpang sedikit agitasi agitasian lah dulu Amang. semoga menjadi hantu pikiran mereka yang masih memaki-maki negeri orang hehh.
kalo amang jadi provokator, maka kalau saya makan roti ganda cap propaganda juga tak kala seru, Beuh, biar semakin pesimis mereka yang terjajah. hehahhh salam merdeka.
“Surat Cinta dari Barat, untuk Negeri Tersayang”
Menutup Pintu Kusam masa lalu, demi mengintip Jendela Cerah hari esok
——————-
Sekilas balik… globalisasi.
Jika Anda orang-orang timur berbicara mengenai penjajahan, kolonialisme dan imperialisme bangsa barat beberapa abad kemarin, saya mengakui Anda benar.
Peradaban saya (barat) melakukan sebuah kesalahan besar dengan menjajah nenek moyang Anda. Akan tetapi jika Anda berbicara masalah globalisasi, hegemoni, pasar bebas,dan neo-kolonialisme sebagai dalih untuk memaki kami saat ini, dengan segala hormat, sepertinya Anda salah.
Seribu tahun lalu, peradaban Anda mengalahkan kami dalam perang ke-7, Richard The Lion Heart terpaksa pulang dan berkata “Sultan Saladin Telah Menang!”. Akan tetapi, kami berpikir dan kami tahu pasti, kami harus belajar untuk mengalahkan Anda. Kami melakukan renaissance dan kami bangkit dengan enlightenment. Anda seharusnya berpikir mengapa Hobbes, Locke, Pasteur, Boyle, Newton, Spinoza, Leibnizt, Montesquieu, Rosseau, Kant, Hume, Franklin, Jefferson, dan yang lain lahir di peradaban kami. Menurut Anda, ini karena usaha dan sistem yang kami buat atau karena Tuhan yang memang tidak adil menempatkan pemikir-pemikir tersebut di tempat kami? Jika Tuhan memang yang tidak adil, dengan segala hormat, salahkanlah Tuhan. Kami tidak bersalah sedikitpun atas kebodohan Anda.
Kami membuat bom atom dalam setahun bukan dengan mendongeng cerita seribu satu malam. Kami membangun New York bukan dengan bertahun-tahun mengagumi Borobudur yang selalu kalian bangga-banggakan itu, dan tidak semata-mata terhanyut euforia atas kekayaan sumber daya alam negara kami. Kami mendirikan Oxford bukan dengan mencuri karya Syahyakirti. Kami menggunakan media informasi untuk ilmu pengetahuan, bukan dengan menyiarkan “keroncong-keroncong pembodohan“ layaknya sinetron konyol dinegeri Anda. Kami menulis konstitusi kami dengan darah kami sendiri bukan dengan meniru seperti yang Anda lakukan. Lalu jika kami lebih kaya, lebih berkuasa, dan lebih pintar dari Anda apakah kami salah? Anda sudah seharusnya menghargai usaha kami dalam seribu tahun terakhir ini.
Mari berbicara tentang hegemoni. Mengapa jika kami berhasil menjual produk budaya kami di timur, Anda mengatakan hal itu sebagai hegemoni budaya? Dengan segala hormat, produk budaya kami lebih dihargai karena kami belajar dan berinovasi, bukan dengan meniru di “Pasar gelap”.
Jika Anda merasa inlander terhadap bangsa kami, dengan segala hormat apakah kami salah? Haruskah kami dihukum karena perasaan Anda? Saya rasa adalah sebuah hukum alam jika yang kuat menang dari yang lemah. Bangsa Anda pernah menjajah bangsa kami di Spanyol dan Balkan. Tetapi kami tidak pernah memprotes Anda.
Dengan segala hormat, coba Anda bayangkan jika ada asteroid yang akan menabrak dunia saat ini, dapatkah Anda mencegah kiamat? Dapatkah Anda bertahan jika ada pademi flu burung, tanpa bantuan kami? Dengan segala hormat, jika itu terjadi maka adalah hak kami untuk menjadi pahlawan terhadap Anda. Sebaiknya Anda tidak lupa dengan bertiliyun-trilyun US Dollar hibah yang kami berikan untuk menyelamatkan Anda dari kemiskinan. Mohon maaf Tuan-Tuan “Edward Said muda”, Peradaban Andalah yang menjajah Anda sendiri. Negeri kami tidak membenarkan perbedaaan jalur mendapatkan kesempatan pendidikan antara borjuis dan masyarakat biasa, hingga kami dengan cepat dapat berkembang dan maju.
Mari kita berbicara tentang globalisasi dan jargon neo-kolonialisme. Globalisasi sangat terkait dengan semangat liberalisme. Dalam hal ini, kami sangat menghargai kebebasan berpendapat, termasuk kebebasan berusaha dan demokrasi ekonomi. Demokrasi ekonomi hanya akan dapat terjadi jika setiap negara diberikan kebebasan yang sama dalam melakukan perdagangan. Argumentasi ini diperkuat oleh kajian yang dilakukan dalam 80 tahun terakhir ini dalam ilmu ekonomi. Anda dapat berkaca kepada para nobelis ekonomi. Mereka semua sependapat “kesejahteraan hanya dapat terjadi dengan pasar bebas”. Saya tidak melihat satupun argumentasi logis dari kelompok timur. Anda hanya berani berkata dalam selebaran jalanan. Tidak ada satupun argumentasi logis di mimbar ilmiah yang secara tegas melawan globalisasi. Saya mengakui globalisasi memang tidak sempurna. Lalu mengapa kita tidak bersatu dalam pasar bebas?
Sejumlah kelemahan tersebut harus terus kita dialogkan agar tercipta sebuah tatanan masyarakat global dalam globalisasi yang lebih humanis. Mari bersatu untuk dunia yang lebih baik.
——
Andai aku orang timur, aku harus sadar bahwa aku tidak dapat bertahan tanpa barat, tidak ada cara lain selain globalisasi.
Tulisan ini dibuat dalam rangka propaganda poros anti-globalisasi. Diskusi hangat sangat dinantikan. Jika tulisan ini diabaikan, penulis mengganggap poros anti-globalisasi telah sadar. Kelompok kami akan dengan ikhlas memaafkan dan dengan segera
menerima niat baiknya.. Mari bersatu untuk dunia yang lebih baik. Semoga kekeliruan selama ini menjadi bahan renungan kita bersama.
Terima kasih kepada: World Bank, IMF dan ADB atas pemberian hutang selama ini
———-
Bacaan lebih lanjut: Draft “Jalan menikung menghadang globalisasi oleh Institut Sosial Humaniora Tiang Bendera ITB”
Mauliate (terimakasih) Amangboru, semoga lain waktu kita dapat bertemu,
untuk saat ini saya juga tidak bisa berbuat banyak paling bisa menyisihkan beberapa jam seminggu bagi sahabat-sahabatku dijalanan,
saya juga sedang belajar akan tetapi selalu gelisah akan pendidikan tempat kita ini.
Dengan senang hati jika amang sedang ada kunjungan ke bandung, dapat menghubungi saya, jikalau ada waktu saya akan sempatkan mampir.
salam, manganju luhut . anju_tbnn@yahoo.co.id
29 November, 2008 pukul 7:47 pm
oh iya, blog amang saya link yh. terimakasih.
30 November, 2008 pukul 11:37 am
@manganju luhut
Salam kenal lae.
Panggilan amang itu kurang pas. Kalau mau menunjukkan sikap hormat sebagaimana mestinya orang Batak, panggil aku Tulang atau Lae. Seluruh marga Tambunan harus panggil tulang sama Manurung. Pelajari sejarahmu sendiri sebelum belajar sejarah orang lain, hehehe…
Menjadi provokator seperti yang aku lakukan di blog ini adalah sebuah kemewahan. Kenapa harus takut menyebut diri provokator kalau kenyataannya blog ini memang memprovokasi orang-orang untuk berontak dan memerdekakan diri ?
Lalu, apakah aku kekiri-kirian ? Lae adalah orang kedua yang mengutarakan penilaian seperti itu, dan aku menikmatinya sebagai sanjungan yang jujur. Mendapat cap KIRI adalah kehormatan bagi orang-orang yang berani berpikir merdeka; yang mampu membebaskan diri dari belenggu dogma agama, ideologi, dan jargon-jargon ilmiah. Kalau tidak menjadi kiri pilihan lainnya adalah establishment dan kanan. Semua sama baiknya atau sama jeleknya, iya kan ?
Tapi, sejujurnya, semua pandanganku yang terserak di dalam sekitar 200 buah artikel di blog ini adalah refleksi dari keseharianku. Entah beruntung atau apes, aku selalu terseret ke lingkungan elit di negeri ini; padahal aku selalu mengecam mereka dan pergi sesukaku setelah bosan melihat kepribadian dan jalan hidup mereka yang semu. Tapi, aku banyak belajar dari mereka.
Di manapun aku berada, aku selalu merasa bebas mengutarakan pandanganku, dan sangat sering membuat kalangan elit yang bersimpati padaku menjadi kecewa, dan menjauh. Cukup banyak yang takut bergaul denganku karena bakal merugikan kepentingan politik dan bisnis mereka. Bahkan sejumlah anggota keluargaku yang berkarir sebagai pegawai negeri merasa ngeri kalau orang tau dia saudaraku hahaha…
Tapi, diam-diam mereka sebenarnya pengen jadi orang merdeka seperti aku; cuma nggak punya nyali aja dan takut miskin. Kasihan banget; takut miskin materi, akhirnya jadi miskin karakter dan kehilangan jati diri; lalu mati satu per satu sebagai manusia dengan karakter dan cara hidup yang semu. Sia-sia hidup mereka hanya bergulat di tataran materi, dan mempraktekkan segala kiat licik untuk menjadi pemenang dalam survival of the fittest. Sejatinya mereka semua berakhir sebagai pecundang.
Nah, kembali ke pertanyaan lae mengenai kekiri-kirian; yang bisa aku katakan bahwa aku menulis dengan jujur dan jika itu mengesankan kiri berarti aku memang kiri. Padahal, minatku yang utama sebenarnya berada di atas kotak-kotak ideologi tersebut, yaitu persoalan eksistensi. Berarti kalau lae jabarkan lebih jauh bisa saja pada tahap berikutnya aku dituduh atheis atau setidak-tidaknya agnostic, ya kan ?
salam merdeka!
***YM-ku : robertmanurung
30 November, 2008 pukul 1:32 pm
Terimakasih banyak atas koreksinya Tulang.
Memang jujur sewaktu menulis panggilan itu, aku berpikir berulang kali, karena sejauh yang saya ingat bapakku memang berpesan kalo manggil marga Manurung panggil lae atau pariban bagi yang perempuan, tapi bukankah Lae itu sebaiknya panggilan buat yang setara umurnya (jika kita belum tau garis keturunan, generasi keberapa ). sementara satu sisi kalau aku melihat paras di foto Tulang, sepertinya umur kita sudah cukup berbeda jauh, lalu aku memutuskan sebaiknya manggil amangboru. lha.. ternyata aku melakukan kesalahan yang cukup fatal. mohon maaf Tulang. dan semoga kedepannya tidak terulang kembali.
Aku harus belajar lagi tentang budaya kita itu. dan jangan bosan mengingatkanku. hehhhh
…………………
Sepakatlah, terkait mengatakan benar sebagai kebenaran dan salah sebagai kesalahan. Suatu hal yang tidak mudah, tetapi juga bukan tidak mungkin. Apalagi jikalau keluarga, teman atau sanak saudari kita sendiri terkait hal (kejahatan) itu. ada suatu hal yang mengganjal pada pikiranku sejak dulu terkait paradigma “kesuksesan hanya dapat dinilai dari materi”, dan ini masih tertanam kuat dikampung kita sana.
tapi seorang gie juga telah mengingatkan kembali, “lebih baik diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan”. Ketika kemanusiaan tersinggung, semua orang yang berpikiran dan berjiwa waras akan ikut tersinggung, kecuali orang gila dan yang berjiwa kriminal walaupun dia seorang sarjana.
Disatu sisi kita menentang KKN, tetapi apakah ketika yang melakukan KKN itu adalah keluarga kita sendiri masih berani kita mengklaim itu tindakan yang SALAH? bukan persoalan yang mudah. tetapi idealisme adalah harga yang mahal. KAlaulah hanya mencari alasan tanpa dilandaskan kejujuran demi sebuah keamanan, menghilangkan kedamaian seoalh dikejar ketakutan.. pembenaran-pembenaran terus menerus, toh nanti dia juga akan sadar bahwa apa yang dia tabur itulah nanti yang akan dia tuai. hehh
Terkait kekiri-kirian atau kemerah-merahan hwe.. itu hanya pendapat pribadiku saja, dan itu aku utarakan setelah membaca beberapa artikel-artikel yang Tulang tulis. Tetapi tidak sampai pada tataran atheis atau agnostic seperti yang tulang bicarakan.
Kemungkinan besar, andai saja mereka para pendahulu-pendahulu kita : Soekarno, Syahrir, Tan Malaka, Hatta, Leimena.. ataupun yang lainnya dapat hidup kembali maka mereka akan menyadari bahwa kemerdekaan mentalitas hampir sama pentingnya dengan demerdekaan secara fisik.
Harus diakui bahwa bangsa Barat telah melakukan rasionalisasi, modernisasi lebih awal relatif terhadap timur. Hal ini menyebabkan Barat menjadi standar dunia misalnya seni, teknologi, sains, budaya, fashion ataupun yang lainnya, akibatnya terjadi penjajahan paradigma, seolah kita inferior dan mereka superior. dan ini masih tertanam kuat sampai pada kultur ilmiah. Sains tidak mengenal warna bendera, hanya berkembang dari akumulasi pengetahuan manusia, satu ditambah satu tetaplah dua walaupn diujung bumi sebelah mana.
Akan tetapi kita tidak bisa semata-mata hanya menyalahkan kondisi yang demikian, karena kita juga selama ini kurang berbenah diri. sinetron-sinetron gila, bencong bencong kesasar, kontes idol dangdut blablabla masih kebanyakan mewarnai wajah media informasi kita.
meninabobokkan orang-orang, seolah tak ada masalah.
Sudah seharusnya berpijak pada kondisi ril kita saat ini, mencoba merumuskan masalah dan mencari solusinya.
Tapi kenapa kebanyakan orang, baik bloger, anak muda, orang tua ataupun kalangan akademisi yang mengklaim diri sebagai intelektual begulattuk syalala bumbum, hanya sekedar berpangku tangan dan menjadi “mandor pengawas” bukan mencoba merumuskan masalah yang ada dan mencoba menjadi “arsitek perancang”.
Walaupun demikian, berdasar sejauh yang aku tahu (tolong dikoreksi kalau salah) dalam lingkup tataran sosial tidak pernah komunitas itu secara serempak menyadari bahwa mereka sedang berada pada kondisi masalah. Akan ada satu-dua- orang atau mungkin lebih, yang memiliki kesadaran yang cukup berbeda dari anggota komunitas lainnya.
Inilah yang disebut sebagai minoritas kritis, atau minoritas kreatif, orang orang ini yang akan membawa komunitas itu kearah mana seperti yang mereka inginkan. dalm hal ini,salah satunya Tulanglah dapat dikategorikan, cukup salut. dan ini pendapatku pribadi.
Terus berkarya, dan semangat.
Jikalau ada kesempatan senang jika kita dapat ketemu.
Salam merdeka!
Horas Tulang. salam provokator.
30 November, 2008 pukul 3:17 pm
@ manganju luhut
Muda, brilian, berpengetahuan, dan berkarakter. Itulah yang dimiliki Bung Karno, Bung Hatta, Tan Malaka, dan tokoh-tokoh lainnya ketika mendirikan republik ini. Kau memiliki itu semua bere, seharusnya kau dan angkatanmu mampu juga mendirikan republik kalian sendiri. Kenapa tidak ?
Aku senang bahwa pada akhirnya kita punya persepsi yang sama mengenai betapa pentingnya kemerdekaan, terutama kemerdekaan berpikir. Apakah kita sekarang bisa merdeka dalam berpikir ? Mungkin bisa, tapi kemerdekaan itu tergerus secara sistemik oleh merajalelanya korupsi (menimbulkan ekses ABS, tidak berkembangnya presisi dan meritokrasi), maraknya kekerasan dan teror (menimbulkan ketakutan mengutarakan kebenaran); adanya distorsi antara hasil pemilu yang 70 % untuk partai-partai nasionalis dan klaim demokrasi jalanan yang menuntut privilese sebagai mayoritas; dan di sisi lain media massa dikuasai oleh segelintir konglomerat hitam.
Bagaimana dengan mimbar ilmiah ? Sicara fisik kebebasan memang ada, tapi tidak ada kultur, elan, dan semangat ilmiah. Kebanyakan cendekiawan Indonesia adalah pakar footnote, tukang kutip teori2 barat; tanpa ada usaha sama sekali untuk menyaring dan mengembangkan yang sesuai dengan kondisi Indonesia (terutama ilmu2 sosial). Bahkan yang namanya peneliti di Indonesia lebih banyak mengerjakan tugas2 administratif.
Bisa panjang ini bere, tapi kurasa sudah cukup jelas bagimu. Bacalah artikel mengenai Ahmadiyah di blog ini, bere akan mengerti bahwa kesalahan republik ini adalah karena hampir semua orang ikut-ikutan menganut paradigma mayoritas yang keliru itu. Semestinya acuan utama kita adalah konstitusi dan sejarah, bukan ? Baca juga tulisan mengenai luas persawahan subur yang saban tahun alihfungsi jadi perumahan dan areal bisnis; maka bere akan mengerti bahwa dalam beberapa hal aku sangat “fundamentalis” hehehe…
btw adress YM-mu sudah kumasukkan ke YMku. Lebih baik kita lanjutkan obrolan ini di YM kapan-kapan. Tapi sebelumnya perlu aku beritahu, ijazahku paling tinggi adalah SMA; selebihnya aku belajar secara otodidak. Aku bangga mengenai hal ini.
salam merdeka!
24 Desember, 2008 pukul 3:50 am
salam dari bandung
masih layakkah hari ibu di peringati di saat para ibu takmampu membeli susu untuk anaknya karena suaminya di PHK kemudian bunuh diri karana di negeri para bandit mati adalah mimpi indah kaum jelata
artikel terbaruku …… perempuan yang berhati kudus (artikel ini buat saudaraku kaum perempuan yang memperingati hari ibu di negeri para bandit di mana kemiskinan menantang langit, membuat kami tak mampu lagi menggurat kasih ibu di batu yang berlumut tapi kasih ibu hanya bisa di permainkan lewat iklan-iklan politik)
http://esaifoto.wordpress.com
23 Januari, 2009 pukul 1:09 pm
Salam kenal, bang. Saya saat ini memerlukan pembodoran untuk mengendurkan urat syaraf yang sedikit tegang. Gimana gak tegang, barusan di phk.
Ibaratnya begini. Selama ini saya adalah binatang piaraan yang dikasih makan secara teratur oleh majikan melalui gaji yang diterima tiap bulan. Sekarang, makan yang sudah teratur itu diputus secara tiba-tiba tanpa ada latihan untuk hidup fight. Jadilah saya sekarang binatang piaraan yang dilepaskan ke pedalaman hutan belantara. Harus bertahan hidup dengan mengasah lagi naluri “kebuasan” yang sudah ada dari sononya. Salam kenal. Ditunggu di blog aku
26 Februari, 2009 pukul 2:56 pm
salam kenal lae!
membaca blogmu ini memaksa mataku membaca kata demi kata dari
tulisanmu..sangat berani..terlalu serius.. tidak heran ada yg men-cap lae
ke-kiri2an. blog lae bagus sekali.. aku pikir lae harus mampu mengatur
“tegangan” dari tulisan2 lae.. tulisan kritis lae memang membuka mata kita (lagi), karena kebanyakan dari kita juga tau masalah2 yg melanda bangsa ini. ada yg bilang “ingatan orang indonesia itu pendek”. semoga tulisan2 lae mampu mengingatkan kita untuk segera menemukan solusi yg terbaik..menuju indonesia yg lebih baik..MERDEKA!!
1 Maret, 2009 pukul 1:29 pm
Blog yang ini ga kalah keren dari Tobadream “Batak Keren”. Jadi penasaran aku… butuh waktu berapa lamakah untuk bisa jadi penulis yang kreatif, kritis, analitis seperti diaku, Tulang??? Maulah membantuku belajar supaya bisa menulis lebih baik dan lebih menarik??? Berkali-kali kucoba, kayaknya ga lulus-lulus juga….
Terima kasih sudah menjadi provokator, aku akan pertimbangkan provokasinya untuk membuatku berani memperjuangkan kemerdekaanku….
Salam: Pauline
3 Maret, 2009 pukul 10:41 am
” sudah saatnya….hanya orang Batak sendiri yg bisa membangun Tanah Batak, dan hanya orang Batak sendiri yg bisa mengerti Batak” maju terus perjuangan kawan dan saudaraku!!!
15 Maret, 2009 pukul 6:58 am
@ Alris
Terima kasih kawan. Maaf balasan dariku telat betul.
@ David Tigor Siregar
Benar yang lae katakan, blog ini memang terlalu serius. Tapi, anehnya, pengunjung blog ini lumayan banyak juga, walaupun tak sebanyak pengunjung blog yang memuat info lowongan kerja atau menjurus ke seks.
jadi kupikir, jangan-jangan cukup banyak juga di antara kita yang sudah lelah dan jenuh dengan Indonesia yang selalu berusaha lucu dan menghibur ini ?
Terima kasih untuk saran-saran lae. Aku tau apa yang lae maksud dengan “tegangan” itu, hehehe….karena aku selalu pegang prinsip begini : pada saat kau mengamati, kaupun sedang diamati.
Mauliate,
Horas
19 Maret, 2009 pukul 6:59 pm
bung robert. slm kenal.
dan aku merasa perlu menjadikan blog ini bagian dari rebel link ku. ayo bung..terus berpropaganda. terutama kaum muda yg mayoritas cuma bangga dengan ‘hahahihi’ nya itu. udh trlalu byk sampah di negeri ini.
20 Maret, 2009 pukul 5:47 pm
saya pingin bisa seperti anda, berpikir dan menulis dengan lugas tapi masalahnya saya kurang suka penulisan yang terlalu banyak memakai bahasa2 ilmiah, saya lebih suka bahasa yang ringan.
itulah dunia sekarang ini, kita harus bisa menunjukkan ekspresi dengan cara masing-masing.
saya juga mohon izin utk memasukkan blog anda di-link saya,
horas.
21 Maret, 2009 pukul 12:12 pm
“pada saat kau mengamati, kaupun sedang diamati” pasti ini juga salah satu trik dari provokator.. ya kan lae?.. hehehe
18 Mei, 2009 pukul 1:04 am
Hi
If you want to add Facebook or email sharing buttons to your blog posts, there’s a plugin that does it for you: http://tinyurl.com/sharebuttons
Hope you find it helpful!
Cheers,
Jake
4 Juni, 2009 pukul 9:15 am
Bah, semula aku kira lae ini kawanku kuliah dulu di Medan. Namanya persis sama dan beliau juga punya jiwa pemberontak sama seperti aku ini. Dan kita juga punya pemikiran yang rada-rada mirip, mencintai perubahan ke arah yang lebih baik. Bedanya adalah di panggilan (calling).
Aku merasa panggilanku ada di gereja, lingkungan yang selama ini sangat jauh dari publisitas (sehingga dianggap steril …) dan dugaan orang bahwa “everything is fine”. Ternyata … alamak, bisa lebih parah daripada lingkungan sekuler! Aku sadar bahwa semuanya harus dimulai dari lingkungan yang paling kecil terlebih dahulu sebelum mengarah kepada mimpiku yang lebih besar.
Horas jala habe! Beta taparade dirintabe!
http://www.tanobato.wordpress.com
4 Juni, 2009 pukul 9:41 am
Salah satu mimpi besarku yang didorong oleh rasa kerinduanku untuk perbaikan salah satu “institusi” terbesar orang Batak adalah sebagaimana yang aku pernah tulis di http://tanobato.wordpress.com/2008/12/03/sekjen-non-pendeta-beranikah/