Archive for Maret, 2009

Buku Sintong Panjaitan Memang “Shocking”

17 Maret, 2009

Mengapa sebagian besar pimpinan ABRI pada waktu itu berada di Malang ? Kalau mereka tahu akan terjadi kerusuhan yang begitu dahsyat tetapi memutuskan tetap pergi ke Malang, maka mereka membuat kesalahan. Tetapi kalau mereka tidak tahu akan terjadi kerusuhan, mereka lebih salah lagi. Mengapa mereka sampai tidak tahu ?

Oleh : Raja Huta

SIAP-SIAPLAH melihat Indonesia dari perspektif baru yang tak terbayangkan sebelumnya, terutama seputar momen-momen gelap sejarah bangsa ini pada bulan Mei 1998. Letjen (Purn) Sintong Panjaitan membeberkannya secara blak-blakan, runtut dan rinci, lewat bukunya yang kini sedang mengguncang panggung politik nasional. Lebih dari sekadar mengejutkan, buku itu benar-benar “shocking”. (more…)

Protap, “Komoditas Panas” Pemilu 2009

15 Maret, 2009

“Menjajakan” isu Protap boleh jadi merupakan strategi cerdik, meski sebenarnya yang paling dibutuhkan masyarakat ialah pemerataan pembangunan di Provinsi Sumatera Utara. Sikap bermusuhan–dan bahkan “kriminalisasi” terhadap etnis Batak Toba–yang dilakukan oleh sejumlah pihak menyusul peristiwa demo anarkis awal bulan lalu di Medan; bukan tidak mungkin akan menguatkan sentimen “kita diperlakukan tidak adil dan disudutkan” di kalangan masyarakat akar rumput.

Oleh : Raja Huta

AMBISI untuk membentuk Provinsi Tapanuli (Protap) ternyata belum padam, kendati hampir semua tokoh pelopornya sedang meringkuk di tahanan. Sejumlah caleg di Tapanuli kini tengah “menjajakan” impian tersebut sebagai tema kampanye, untuk meraih dukungan masyarakat pada Pemilu 2009.

Salah satu partai politik yang getol mengangkat isu Protap pada kampanye pemilu kali ini adalah Partai Demokrasi Pembaharuan (PDP). Bahkan, para caleg partai ini di Kabupaten Samosir tampaknya sengaja menggelitik “harga diri’ sub-etnis Batak Toba, sehubungan dengan masih terganjalnya perjuangan mewujudkan Protap. (more…)

Hakikat Agama Menurut “Sang Nabi”

15 Maret, 2009

Dia yang mengenakan kesusilaan laksana baju pameran,

lebih baik telanjang , karena angin dan surya,

tiada akan melubangi kulitnya,

sedang baju pameran rapuh terhadap cuaca.


Dan dia, yang berlaku sekadar menuruti hukum susila,

mengurung burung kicau dalam sangkar belaka,

lagu kebebasan hidup tiada mengumandangkan keagungannya,

di balik jeruji ataupun jaringan kawat kasa.


Kehidupanmu sehari-hari adalah rumah ibadat, dan ibadah pula,

masukilah kehidupan itu dengan seluruh pribadi, (more…)